Bisnis.com, BANDUNG - Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Jawa Barat meminta pembentukan tim kerja masterplan karet harus mampu membenahi rantai pasok mulai dari petani, pedagang, hingga pengusaha.
Penasihat Apkarindo Jabar Iyus Supriatna mengatakan saat ini masih banyak ditemukan kondisi satu pihak yang mendapat risiko rugi lebih besar yakni petani. Hal ini akibat rantai pasok yang masih tertutup.
"Kalau ada harga bagus, petani harus tahu penjualannya. Misalnya, harga US$2 yang terjual US$4. Dalam kurun 10 tahun, harga pasokan dari petani ke pedagang [sebagai pemasar] untuk dijual kembali kepada pengusaha mengambil keuntungan yang tinggi,” ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (8/5/2015).
Apalagi, melihat kondisi ekonomi seperti saat di mana harga bahan bakar minyak (BBM) yang fluktuatif sangat mempengaruhi situasi pasar.
Oleh karena itu, tim kerja masterplan karet ini harus mampu memperbaiki hal tersebut agar daya saing karet dalam negeri kuat di pasar internasional.
“Keterbukaan dan keselarasan sangat penting agar para petani khususnya di Jabar dapat meningkatkan produktivitas kebunnya. Apalagi, sudah banyak kebun di Jabar yang sudah tua atau berusia lebih dari 25 tahun,” ujarnya.
Selain itu, dia juga menyoroti perbandingan teknologi penyadapan karet tempat negara lain mampu menyadap satu liter untuk satu pohon, sedangkan petani Indonesia baru bisa 350 cc.
"Sebenarnya kita sudah tahu dan bisa mendatangkan teknologi yang sudah terpakai di Thailand tersebut. Namun, dalam penggunaannya, pemahaman teknologi harus total. Karena, jika setengah-setengah tanaman justru bisa mati," jelasnya.
Petani Minta Rantai Pasok Komoditas Karet Perlu Dibenahi
Asosiasi Petani Karet Indonesia (Apkarindo) Jawa Barat meminta pembentukan tim kerja masterplan karet harus mampu membenahi rantai pasok mulai dari petani, pedagang, hingga pengusaha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Adi Ginanjar & Afif Permana
Editor : Yusuf Waluyo Jati
Topik
Konten Premium