Bisnis.com, SURABAYA – Kalangan pedagang sapi dan daging sapi Jawa Timur meminta agar Pemerintah Kota Surabaya membuat larangan impor atau pun mendatangkan sapi Bali.
Permintaan itu diajukan lantaran sapi bali rentan terjangkit virus dan penyakit berbahaya.
Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Sapi (PPSDS) Jatim Muthowif mengatakan meski Surabaya sangat kekurangan suplai daging sapi, Pemkot Surabaya diminta jangan melakukan impor daging sapi luar negeri maupun sapi dari Bali.
Menurutnya, selain harus melindungi konsumen, pemerintah juga harus melindungi para pedagang sapi di pasar tradisional.
“Pemerintah kemarin memang menyiapkan modal dari APBD untuk pengadaan sapi, tetapi masalahnya sapi yang diambil dari sapi Bali yang sebenarnya tidak boleh dikonsumsi karena berpenyakit jembrana disease,” ujarnya di sela-sela diskusi evaluasi pembangunan Surabaya, Minggu (26/4/2015).
Dia mengatakan seharusnya pemerintah membuat kebijakan kerjasama antarkota/kabupaten yang menjadi sentra sapi seperti dengan Blitar, Bojonegoro, dan Probolinggo untuk menyuplai sapi di Surabaya.
Selama ini, sapi-sapi dari daerah tersebut lebih banyak keluar dari Jawa Timur. Sedangkan pedagang tradisional di Surabaya hanya disuplai dari Probolinggo, Lumajang dan Malang.
“Kalau sapi daerah itu bisa dipotong di Surabaya, saya yakin tidak akan kekurangan daging sapi. Namun kebutuhan daging di Surabaya yang tidak terpenuhi itu malah dijawab dengan impor,” ujarnya.
Muthowif mengatakan saat ini pedagang di pasar tradisional hanya mampu memenuhi permintaan daging sapi sebanyak 150 ekor/hari. Jumlah tersebut menurun dibandingkan suplai sapi pada 2010 yakni sekitar 300 ekor/hari.
“Sementara untuk menutupi kebutuhan, ada 60 ekor sapi bali yang didatangkan setiap minggu,” imbuhnya.
Munthowif menambahkan harga jual daging sapi di swalayan dan pasar tradisional pun cukup berbeda. Di pasar tradisional yakni sekitar Rp95.000-Rp100.000/kg, sedangkan di swalayan Rp80.000-Rp85.000 impor.
“Justru yang impor ini lebih murah sehingga permintaan daging di pasar lokal menurun,” imbuhnya.