Bisnis.com, JAKARTA- Walaupun mendapat mandat memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi di dalam negeri, anak-anak usaha Pupuk Indonesia tetap memasarkan produknya ke pasar nonsubsidi.
Manajer Humas PT Petrokimia Gresik (PKG) Yusuf Wibisono mengatakan pihaknya mengutamakan 70% penjualan untuk memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi. Kendati demikian perseroan tetap memasarkan produknya ke segmen nonsubsidi di dalam dan luar negeri.
“Kami tetap prioritaskan subsidi karena itu penugasan pemerintah. Kalau pupuk bersubsidi sudah dipenuhi barulah bisa ekspor. Tahun lalu saja kami membatalkan beberapa kontrak ekspor karena ada perubahan alokasi subsidi,” ucap Yusuf kepada Bisnis.
Selama dua bulan pertama tahun ini Petrokimia Gresik mengekspor 500 ton pupuk ZK ke India dan Australia setara Rp4,15 miliar. Ada pula ekspor produk ALF3 ke Inggris sebanyak 100 ton dengan nilai Rp1,33 miliar.
Total pabrik yang dioperasikan PKG mencapai 21 unit baik fasilitas produksi pupuk maupun nonpupuk dengan kapasitas 6,07 ton per tahun. Adapun kapasitas produksi 16 unit pabrik pupuk 4,4 juta ton, sedangkan lima unit pabrik nonpupuk 1,7 juta ton per tahun.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tentu memengaruhi biaya produksi pupuk mengingat besarnya ketergantungan bahan baku impor. Seburuk apapun efek depresiasi rupiah tetap saja volume penjualan pupuk bersubsidi jadi tumpuan utama bagi anak-anak usaha PT Pupuk Indonesia Holding Company.