Bisnis.com, JAKARTA – Sinar Mas menyatakan komitmennya untuk mengembangkan industri biodiesel dalam negeri, setelah pemerintah mengeluarkan beleid peningkatan mandatory campuran Bahan Bakar Nabati (BBN) dari 10% menjadi 15% per 1 April nanti.
Vice Chairman Sinarmas Franky O. Widjaja menjelaskan adanya peningkatan persentase mandatory biodiesel 15% atau setara 6 juta ton membuat industri membutuhkan tambahan biodiesel sebanyak 2 juta ton.
Saat ini, kapasitas terpasang industri biodiesel mencapai 3,51 juta ton pertahun. Sementara itu kebutuhan public service obligation (PSO) saat ini baru sekitar 1,7 juta ton.
“Sinar Mas siap untuk mendukung program pemerintah untuk memenuhi kekurangan biodiesel tersebut,” katanya di Beijing, melalui siaran pers (27/3/2015).
Sampai akhir tahun, Sinarmas akan mengembangkan industri biodiesel sebanyak 1 juta ton per tahun di tiga tempat, yaitu Jakarta, Kalimantan Selatan dan Riau.
Industri biodiesel rencananya akan terus dikembangkan hingga memenuhi kapasitas 2 juta ton per tahun dalam beberapa tahun mendatang.
“Diperlukan komitmen kuat dari pengusaha sawit di hulu untuk mendukung program pemerintah dengan mengembangkan industri di hilir, sehingga nantinya diperoleh manfaat secara menyeluruh,” tambahnya.
Dengan pengembangan industri hilir, Franky mengatakan beberapa tujuan pemerintah yang sinergis dengan stakeholder kelapa sawit akan tercapai.
Dia mengatakan harga CPO dunia akan terkerek naik karena peningkatan minyak kelapa sawit yang akan berujung pada peningkatan harga tandan buah segar di tingkat petani.
Franky mengatakan industri otomotif Jepang, seperti Toyota, sudah menyatakan dukungannya untuk memroduksi mobil yang dapat menggunakan biodiesel sesuai dengan roadmap biodiesel pemerintah Indonesia.
Keberhasilan penggunaan energi yang ramah lingkungan itu dapat dicontoh dari Brazil yang sebelumnya sudah berhasil dengan penggunaan etanol sebagai pengganti bahan bakar fosil. []