Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Impor Industri Farmasi Capai US$1,2 Miliar

Industri farmasi nasional membutuhkan bahan baku impor senilai US$1,2 miliar pada tahun ini guna mengantisipasi pertumbuhan industri antara 10%-12%.

Bisnis.com, JAKARTA—Industri farmasi nasional membutuhkan bahan baku impor senilai US$1,2 miliar pada tahun ini guna mengantisipasi pertumbuhan industri tersebut antara 10% -12%.

Ketua Umum Pharma Materials Management Club (PMMC) Kendrariadi Suhanda mengatakan kinerja industri senilai US$6 miliar atau bertumbuh 9% dari tahun sebelumnya. Menurutnya, dari total nilai kinerja industri, 20% harus disisihkan untuk memasok kebutuhan bahan baku.

“Dalam industri farmasi cost production berasal dari bahan baku sebesar 20%, kemasan 10%, marketing 20% -25%. Kalau sekarang mayoritas impor, jadi kira kira nilainya segitu [US$1,5 miliar],” tuturnya kepada Bisnis.com, seusai konferensi pers Convention on Pharmaceutical Ingredients South East Asia (CPhl SEA) 2015, Kamis (26/3).

Menurutnya, besarnya bahan kebutuhan bahan baku industri farmasi, harus disertai dengan peningkatan kualitas produk. PMMC, Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) dan Badan Pengawas Obat Makanan (BPOM) bekerja sama untuk memastikan kualitas bahan baku yang diimpor memenuhi standar produk.

Masalahnya, pasokan bahan baku yang mayoritas berasal dari China dan India tidak hanya diproduksi oleh produsen skala besar, tetapi juga menengah. “Kalau yang besar [produsen bahan baku] mereka main sendiri, tetapi kalau yang kecil menggabungkan. Nah yang seperti ini harus dicek, jangan sampai merugikan konsumen,” tuturnya.

Besarnya aliran dana yang keluar dalam pemenuhan bahan baku, mendorong pengembangan industri bahan baku farmasi untuk digalakkan. Kementerian Perindustrian sendiri, lima tahun ke depan menyiapkan anggaran senilai Rp304,25 miliar.

Bahan baku prioritas yang dikembangkan a.l parasetamol, sediaan herbal, garam farmasi, golongan cefalosporin, amlodipine, glucose parmaceutical grade, amoxicillin, glimepiride, parasetamol, produk herbal/natural, dan produk kosmetik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper