Bisnis.com, JAKARTA -- Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasannudin Ibrahim menyatakan kebijakan importasi bawang merah sebaiknya tidak dilakukan pada saat memasuki panen raya bawang seperti sekarang ini.
Dia mengatakan penurunan produksi bawang pada saat ini merupakan gejala umum per tahun dan akan kembali memberikan hasil berbeda pada April.
Menurutnya, apabila izin importasi diberikan dalam waktu dekat ini, maka petani akan terpukul saat puncak panen April-Mei nanti karena bawang impor akan masuk dan merusak harga petani.
"Masuk [impor] sekarang itu tidak pas, kalau mau bicara itu saat Desember lalu. Kita tidak mau importir merusah harga petani kalau datangnya bertepatan pada panen raya," katanya, seperti dikutip Bisnis, (23/3/2015).
Sekjen Dewan Bawang Merah Mudatsir mengatakan kendati ada pengurangan pasokan dari sentra bawang pulau Jawa, produksi awal tahun bawang merah tahun ini lebih baik dibandingkan 2013 dan 2014 lalu.
Pasalnya, selama dua tahun belakangan anomali cuaca yang terjadi awal tahun menggangu pertanaman dan menimbulkan penyakit untuk bawang merah sedangkan tahun ini kejadian tersebut tidak banyak terjadi.
Apalagi, dia mengatakan pengembangan kawasan tanam bawang merah di luar Jawa yang digagas Kementan tahun lalu akan kelihatan hasilnya pada awal April ini sehingga akan berkontribusi menstabilkan harga.
Meski demikian, dia mengatakan Maret memang menjadi puncak defisit panen dan kebutuhan hingga 15.000 ton sehingga wajar saja harga bawang terkoreksi cukup dalam. "Ditambah yang sudah panen padi akan menggilir tanamnya ke bawang merah. Awal April akan bangkit, Mei-Juni stabil lagi," katanya.
Kementerian Pertanian menyatakan sedang melakukan pembahasan mengenai importasi bawang merah setelah harga komoditas itu tidak kunjung turun di pasaran sedangkan pasokan lokal mengalami defisit pada Maret. []