Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RUPIAH MELEMAH, Harga Kedelai di Jabar Malah Turun

Perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tembus Rp13.000 belum berdampak pada harga kedelai. Akan tetapi, harga kedelai di pasaran cenderung turun.
Kedelai. /Bisnis.com
Kedelai. /Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG—Perlemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang tembus Rp13.000 belum berdampak pada harga kedelai. Akan tetapi, harga kedelai di pasaran cenderung turun.

Ketua Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat Asep Nurdin mengatakan harga kedelai impor di Jabar justru ditemukan tidak naik, bahkan turun.

"Saat ini harga kedelai di tingkat importir mencapai Rp6.800 per kilogram. Sementara di tingkat pedagang itu Rp7.300 per kilogram," ujar Asep kepada Bisnis.com, Senin (16/3/2015).

Asep mengaku bingung mengapa bisa demikian, bahkan jika melihat harga kedelai pada tahun lalu. Tahun lalu, di mana nilai rupiah Rp11.000 terhadap dolar AS, harga kedelai impor Rp7.000 per kilogram di tingkat importir dan dirasa cukup mahal

Dia menampik kabar yang beredar mengenai harga kedelai di luar Jabar, yang katanya mencapai Rp8.000 per kilogram. "Awalnya saya kaget, tapi ternyata di Jabar tidak menemukan hal tersebut," ujarnya.

Kondisi yang tidak mengganggu ini dinilai Asep tak memberikan dampak apa-apa kepada para perajin tahu tempe.

Namun, dia mengaku harga kedelai impor Rp6.800 ini akan menyulitkan dan menurunkan kepercayaan diri para petani kedelai. Saat ini harga pokok pemerintah (HPP) kedelai lokal justru lebih tinggi, mencapai Rp7.600 per kilogram. "Ini membuat beberapa petani kapok bertani kedelai."

Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jabar menyatakan produksi kedelai Jabar 2014 yang mencapai 115.261 ton biji kering disokong kenaikan HPP yang telah ditetapkan.

Kabid Produksi Tanaman Pangan Disperta Jabar Uneef Primadi menyebutkan HPP kedelai saat ini mencapai Rp7.400 per kilogram yang nilainya tergolong tinggi sehingga meningkatkan motivasi petani untuk menggenjot penanaman.

Bahkan, fakta di lapangan para petani menjual hasil panen dengan harga di atas HPP. "Mereka banyak yang menjual di atas HPP, hingga sekitar Rp8.600 per kilogram. Petani jadi percaya diri," katanya.

Dia melanjutkan dengan hasil produksi yang meningkat pula, Jabar menempati posisi ketiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Uneef menargetkan angka tetap produksi kedelai Jabar bisa mencapai 125.000 ton biji kering dan menempati posisi kedua nasional.

Selain peningkatan HPP, Uneef menilai peningkatan produksi juga dipicu program sekolah lapangan pengelolaan tanaman terpadu (SLPTT) kedelai pada 2014.

Dalam program tersebut, petani diberi bantuan berupa benih, pupuk, pestisida, pupuk organik, rizobium, dan pertemuan selama tiga bulan. "Petani sudah dinilai lulus. Selanjutnya, pada tahun ini programnya menjadi gerakan penerapan tanaman terpadu (GPTT). Programnya hampir sama tapi tidak ada pertemuan rutin,” ujarnya. (Adi Ginanjar Maulana/Afif Permana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper