Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral mengisyaratkan tidak akan agresif menurunkan suku bunga demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan inflasi.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan otoritas belum akan mengubah fokus kebijakan moneter yang tetap menjaga stabilitas makroekonomi, khususnya pengendalian inflasi.
Menurutnya, pemangkasan BI rate 25 basis poin Februari lalu lebih mempertimbangkan ekpektasi disinflasi ke depan. BI mengestimasi laju inflasi tahun ini akan di bawah 4%, di bawah proyeksi awal 4% plus minus 1.
Inflasi yang lebih rendah itu dilatarbelakangi oleh pelepasan harga bensin sesuai harga pasar dan subsidi tetap solar yang dibarengi oleh koreksi harga minyak dunia.
"Jangan kemudian Anda [berspekulasi]. Ada beberapa spekulasi bahwa BI rate akan turun 100 basis poin dan segala macam," katanya kepada wartawan, Selasa (10/3/2015).
Dari waktu ke waktu, lanjutnya, bank sentral akan tetap menakar konsistensi BI rate untuk memastikan inflasi akhir tahun tetap dalam kendali 4%.
Isyarat tidak akan agresif melonggarkan kebijakan moneter pun disampaikan Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara secara terpisah. Dia mengakui perlemahan rupiah berdampak terhadap inflasi dan kepercayaan pasar.
"Maka dari itu, BI berusaha menjaga jangan sampai perlemahan rupiah menimbulkan inflasi walaupun baik untuk ekspor," katanya dalam pesan singkat kepada Bisnis.com.
Seperti diketahui, setelah bank sentral memotong suku bunga menjadi 7,5%, rupiah melemah meninggalkan kisaran Rp12.700 dan mendekati Rp13.000 per dolar AS. []