Bisnis.com, JAKARTA – Kendati produksi kedelai terpantau naik tahun lalu, pelaku usaha memperkirakan importasi kedelai masih akan tinggi dalam beberapa tahun mendatang apabila pemerintah tidak fokus meningkatkan kualitas sembari menggenjot produksi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Kedelai Indonesia (AKINDO) Yusan mengatakan program swasembada kedelai yang dicanangkan pemerintah seharusnya juga memberikan bibit unggul spesifik kepada petani yang hasilnya akan mirip dengan kedelai Amerika.
Pasalnya, selama ini pengrajin tempe dan tahu, hingga pelaku usaha skala besar lebih menyukai kedelai dari Amerika ketimbang kedelai dalam negeri karena perbedaan besar biji.
Sehingga, selera pasar tersebut harus diperhatikan supaya produksi kedelai dalam negeri nantinya tidak berlebih karena penyerapan yang kecil.
“Kalau saat ini memang terserap semua lokal, tapi mungkin bukan untuk konsumsi lebih untuk ke pakan ternak,” katanya seperti dikutip Bisnis, (5/3/2015).
Saat ini, kebutuhan kedelai nasional terpantau flat mencapai 3,5-3,6 juta ton per tahun. Adapun kebutuhan pengrajin tahu dan tempe mencapai 1,8 juta ton per tahun, sementara sisanya dipergunakan untuk olahan lain dan pakan ternak.
Sementara itu, pemenuhan importasi kedelai masih mencapai 2,6 juta ton untuk tahun lalu. Padahal, produksi kedelai tahun lalu meningkat 173.960 ton menjadi 953.956 ton dari capaian sebelumnya 779.992 ton dalam angka sementara yang dirilis BPS.