Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah, Peritel Tak Naikkan Harga Jual

Kinerja sejumlah perusahaan ritel tidak terpengaruh meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar terus melemah dalam beberapa hari terakhir.
Konsumen sedang belanja di IKEA Alam Sutera/Antara
Konsumen sedang belanja di IKEA Alam Sutera/Antara
Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja sejumlah perusahaan ritel tidak terpengaruh meskipun nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus melemah dalam beberapa hari terakhir.
 
Harga jual produk-produk yang ada di ritel modern relatif stabil walau ada beberapa produk masih diimpor dari luar negeri. 
 
Direktur Pemasaran dan Komunikasi Erajaya Group Djatmiko Wardoyo mengatakan fluktuatifnya nilai tukar rupiah saat ini tidak berdampak langsung ke harga jual kepada konsumen akhir (end user). 
 
"Depresiasi rupiah tidak membuat kami serta-merta menaikkan harga jual karena proses pembelian dan pembayaran dilakukan per periode [termin]. Barang yang dijual di gerai saat ini sudah dibeli beberapa bulan sebelumnya," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (3/3). 
 
Dia menuturkan pengumuman kenaikan harga jual produk merupakan opsi terakhir yang akan dilakukan oleh perusahaan. Sengitnya persaingan di pasar ritel modern, khususnya penjual telepon genggam dan gadget, membuat Erajaya berusaha menawarkan harga kompetitif sekaligus pelayanan optimal. 
 
Menurut Djatmiko, pergerakan nilai tukar rupiah yang fluktuatif justru berimbas pada langkah perusahaan menentukan periode pembelian dan pembayaran kepada mitra pemasok atau produsen (principal). Perusahaan berusaha menyesuaikan kurs dollar kala pembelian guna menetapkan harga jual yang pas dengan daya beli konsumen.
 
Kendati produk telepon seluler dan gadget yang dijual oleh Erajaya rata-rata merupakan merek luar negeri, dia memaparkan tidak semua produk dibeli menggunakan mata uang asing. Pasalnya, saat ini beberapa principal handphonemenerima pembayaran dalam mata uang rupiah. 
 
"Pembayaran untuk Samsung dan LG sudah dilakukan dalam mata uang rupiah. Saat ini, principal yang masih meminta pembayaran dalam kurs dollar a.l. produk Blackberry dan Apple. Meski begitu, kami berharap pemerintah bisa menjaga kestabilan rupiah sehingga kami memiliki kepastikan untuk menerapkan strategi," imbuhnya.
 
Eliza Fazia, Marketing Manager IKEA Indonesia mengatakan perusahaan tidak menaikkan harga jual produk meskipun kurs dollar terus menguat.
 
Padahal, sekitar 6.600 jenis produk atau 90,4 persen dari total 7.300 varian barang yang dijual di IKEA Indonesia masih dibuat di luar negeri. 
 
"IKEA sudah memikirkan soal fluktuasi nilai tukar rupiah sebelum memutuskan membuka gerai di Indonesia. Ini merupakan risiko bisnis yang harus kami tanggung," ujarnya. 
 
Dia menjelaskan harga jual produk-produk IKEA mengikuti katalog yang dirilis oleh kantor pusat di Swedia. Katalog tersebut dikeluarkan pada 1 September setiap tahun dan berlaku untuk 364 toko IKEA yang tersebar di 46 negara. 
 
Menurutnya, salah satu strategi IKEA meminimalisasi dampak fluktuatifnya pergerakan kurs dollar di berbagai negara dengan melaksanakan efisiensi produksi. 
 
"Proses penetapan harga jual dilakukan sebelum desainer merancang produk. Selain menggunakan material harga terjangkau, IKEA juga memproduksi barang dalam jumlah besar sehingga ongkos produksi bisa ditekan," ujarnya. 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper