Bisnis.com, JAKARTA – Importasi beras masih tidak diperlukan karena ketersediaan pasokan dalam negeri diyakini aman, meskipun harga komoditas itu tengah menanjak di pasar.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menegaskan tidak ada korelasi antara tingginya harga beras di pasar saat ini dengan stok dan produksi padi di lapangan.
Sebaliknya, panen padi pada empat bulan pertama awal tahun ini selas 6,35 juta ha ditargetkan bisa mencapai 32,8 juta ton gabah kering giling atau setara dengan 20,6 juta ton beras.
Pada Januari, panen padi seluas 621.398 ha telah menghasilkan 3,2 juta ton GKG atau setara dengan 2 juta ton beras. Adapun, panen Februari seluas 1,3 juta ha dipekirakan sebesar 6,75 juta ton GKG atau setara 4,25 juta ton beras.
Menurut Amran, jumlah itu tidak kurang sampai bulan ini karena konsumsi beras masyarakat hanya 2,5 juta ton-2,6 juta ton per bulan. Apalagi, rumah tangga masyarakat diyakini masih memiliki stok setidaknya 10 kg atau setara dengan 6,7 juta ton secara nasional pada Januari lalu.
“Coba saja cek harga gabah, saat ini normal Rp4.200-Rp4.500. Jadi kenapa harga masih tinggi?” katanya, Senin (23/2/2015).
Saat ini, rata-rata harga beras nasional mencapai Rp10.060. Menurutnya, harga gabah seharusnya berkisar Rp8.400-Rp8.500 untuk mengindikasikan beras di pasok petani kurang.