Bisnis.com, JAKARTA—Kerangka kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA) dengan Uni Eropa tidak kalah dilematis dibandingkan dengan Jepang.
Bagaimanapun potensi pasar Eropa jauh lebih besar mencapai lima kali lipat Negeri Sakura. Daya beli konsumen Eropa juga tinggi, ini berpotensi mempelebar pangsa pasar beberapa produk industri RI seperti tekstil.
Anastasius Riyanto, Direktur Kerja sama Industri Internasional Wilayah I dan Multilateral, menyatakan diskusi soal kerja sama ekonomi komprehensif dengan Eropa menghangat. Indonesia harus jeli agar tak semata terpukau atas potensi pasar yang dimiliki Eropa.
“Yang memberatkan kami, dalam CEPA dengan UE diminta cakupan liberalisasi tarif barang sampai 95% dari yang diperdagangkan,” ujarnya, Selasa (3/2/2015).
Riyanto menyatakan baru-baru ini duta besar Eropa untuk Indonesia mendatangi Kemenperin bertemu dengan Menteri Perindustrian Saleh Husin. Delegasi Uni Eropa itu meminta pemerintah RI kembali meneruskan perundingan soal CEPA dengan mereka.
Kementerian lain juga mulai mendesak agar diskusi IUE CEPA segera dimatangkan. Pasalnya terdapat beberapa komoditas RI yang diyakini berdaya saing di pasar Eropa, seperti tekstil dan perikanan. Tapi Perindustrian tidak bisa hanya mengutamakan semata beberapa komoditas unggul padahal lebih banyak yang belum berdaya saing.
Oleh karena itu, imbuh Riyanto, perlu disusun konsep yang bagus untuk mengimbangi kehilangan Indonesia di beberapa sektor jika CEPA dengan UE berjalan. “Konsepnya sedang disusun, ini bukan konsep sederhana, ini perlu pendekatan yang holistik,” katanya.