Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gelontorkan Dana Rp4 Triliun, PT Dahana Percepat Pembangunan Pabrik Propelan

PT Dahana (Persero) mempercepat pembangunan pabrik propelan senilai Rp4 triliun dengan menargetkan penyelesaian fasilitas produksi nitrogliserin pada 2015.
Pabrik Propelen PT Dahana/Doc PT Dahana
Pabrik Propelen PT Dahana/Doc PT Dahana

Bisnis.com, JAKARTA— PT Dahana (Persero) mempercepat pembangunan pabrik propelan senilai Rp4 triliun dengan menargetkan penyelesaian fasilitas produksi nitrogliserin pada 2015.

Direktur Utama PT Dahana (Persero) Harry Sampurno mengatakan sebagai bagian dari salah satu bahan baku pembuatan propelan, fasilitas produksi nitrogliserin wajib diselesaikan terlebih dahulu.

“Maka dari itu, kami targetkan fasilitas produksi nitrogliserin [NG] harus rampung tahun ini, agar mempercepat pembangungan pabrik propelan itu sendiri. Proyek konstruksinya [EPC] akan dimulai April tahun ini,” tuturnya, Selasa (3/2/2015).

Setelah membangun fasilitas produksi NG, Dahana memfokuskan dalam pembangunan fasilitasi produksi shapedcharges, dan cartridge emulsion. Kompleks pabrik propelan yang dibangun di atas lahan 600 hektare akan mampu memproduksi hingga 800 ton per tahun.

Senyawa propelan sendiri tersusun atas fuel, oksidator dan aditif. Proses pengayaan senyawa tersebut menghasilkan propelan base dengan fuel dan oksidator yang sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, seperti nitroselulosa, nitrogliserin, dan nitroguanidin. 

Pembangunan industri propelan merupakan bagian dari 7 program nasional kemandirian dalam alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang digagas pemerintah pusat. Ketujuh program nasional lainya a.l pengembangan jet tempur KFX/IFX, pembangunan kapal selam, roket nasional, pengembangan peluru kendali (balistik), radar nasional, dan pengembangan medium battle tank dalam negeri.

Harry mengakui investasi propelan saat ini belum memenuhi standar ekonomis dan menguntungkan. Walaupun demikian, industri propelan memiliki pasar ekspor yang masih besar di masa mendatang, khususnya di negara-negara Afrika dan Asia.

“Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan pertahanan negara kesatuan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper