Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ISN: Saat Olahraga Jadi Industri, Makanan Lokal Harus Berdikari

Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Amerika dan menonton pertandingan olahraga di sana, maka Anda akan mendengar istilah tailgating. Itu adalah even kumpul-kumpul para penggemar (fans) tim yang bertanding sebelum dimulai dan saat jeda pertandingan.
Butuh regulasi yang firm [kuat] dan fans yang tertib. /Bisnis.com
Butuh regulasi yang firm [kuat] dan fans yang tertib. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Jika Anda berkesempatan berkunjung ke Amerika dan menonton pertandingan olahraga di sana, maka Anda akan mendengar istilah tailgating. Itu adalah even kumpul-kumpul para penggemar (fans) tim yang bertanding sebelum dimulai dan saat jeda pertandingan.

Mereka makan-makanan keseharian mereka sambil saling bercengkerama satu sama lain. Di antara makanan yang mereka makan tentu berupa pizza, hotdog dan burger. Gerai-gerai makanan berjejer di dalam dan di luar stadion dan ramai dikunjungi fans tim yang bertanding.

Berbicara tentang makanan tersebut, ini sebenarnya tak ada hubungannya dengan olahraga. Akan tetapi, ketika olahraga telah menjadi sebuah industri, maka makanan menjadi penting. Olahraga memberikan efek kepada industri makanan lokal untuk ikut berkembang.

“Industri makanan lokal berkembang ketika olahraga juga berkembang. Secara khusus ketika olahraga berkembang menjadi industri,” kata Idris Muhammad, Senior Adviser Indonesia Sport Network (ISN) dalam diskusi terbatas di Bakoel Koffie Cikini Jakarta Selasa (3/2/2015).

Idris menjelaskan bahwa berkembangnya olahraga menjadi industri di Indonesia harus menjadi sebuah urgensi. Artinya, setiap pemangku kepentingan seperti Kemenpora dan para pengurus dan asosiasi olahraga harus fokus untuk merumuskan strategi bagaimana olahraga bisa menjadi salah satu pilar penyokong ekonomi.

Ketika menjadi industri, olahraga terbukti punya multiplier effect besar, salah satunya pada industri makanan lokal. Ini sudah terbukti bagaimana industri makanan di negara-negara yang olahraganya telah berkembang, katakanlah Amerika dan Jepang, industri makanan lokalnya ikut terdorong untuk berkembang.

Di Indonesia, sayangnya, industri olahraganya tidak berkembang karena para pemangku kepentingan sibuk berkonflik dan berdualisme. Sementara itu industri makanan lokalnya juga tak punya tempat, tertinggal dengan makanan-makanan dari luar, katakanlah seperti hotdog dan burger.

“Sudah tidak berkembang olahraganya, makanannya juga kalah dengan yang dari luar. Makanan lokal kita bisa berdikari ketika olahraga jadi industri,” sela Idris.

ISN melihat bahwa tidak ada salahnya orang makan makanan semacam burger dan hotdog di pertandingan olahraga. Namun tentunya akan lebih baik jika yang menjadi pilihan adalah makanan-makanan lokal.

“Misal, jika ada pertandingan di Palembang, maka orang makin banyak makan pempek. Jika di Semarang makan lumpia, jika di Bandung makan siomay. Selama ini memang sudah ada, tapi hanya jadi pelengkap, bukan ‘makanan olahraga’ yang utama, syukur bisa jadi media patner promosi/iklan disetiap event olahraga” tambah Idris.

Perlu Cetak Biru

Kembali berbicara tentang tailgating, kegiatan semacam ini sayangnya memang belum banyak dilaksanakan di Indonesia. Padahal, tailgating bisa menjadi event pendukung olahraga yang bagus untuk mendorong makanan lokal menjadi makanan olahraga di Indonesia.

Tentu untuk mewujudkannya, ini tidak semudah membalikkan tangan. Butuh peran pemerintah dalam hal ini Kemenpora untuk menelurkan regulasinya. Di sisi lain, fans dan tim olahraga juga harus lebih tertib.

“Industri makanan berkembang adalah salah satu multiplier efek penting dari olahraga yang telah menjadi industri. Butuh regulasi yang firm [kuat] dan fans yang tertib juga,” ujar Rosyid Jazuli, Managing Director ISN, yang juga berbicara pada acara tersebut.

Multiplier efek dari berkembangnya olahraga menjadi industri sudah seharusnya menjadi perhatian berbagai pihak, khususnya pemerintah (baca: Kemenpora) dan pengurus dan asosisasi olahraga. Perlu dibuat cetak biru pembangunan dan pengembangan industri olahraga di dalam negeri.

“Banyak efek-efek positif ketika olahrga sukses menjadi industri, salah satunya industri makanan lokal yang ikut berkembang. Ini harus menjadi bagian dari blueprint olahraga kita. Sebagai think tank yang fokus pada olahraga, ISN tentu siap untuk mendukung dan aktif berpartisipasi, terutama dalam mengembangkan cetak biru olahraga nasional,” pungkas Rosyid.

Indonesia Sport Network atau ISN dibentuk oleh beberapa anak muda dari latar berbeda yang peduli pada olahraga di negeri ini dan meyakini bahwa Indonesia bisa punya sistem kompetisi, karir dan rekor olahraga yang lebih baik. Melalui riset-riset dan rekomendasinya, ISN ingin menciptakan industry olahraga dalam negeri yang menjadi pilar ekonomi bangsa ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatkhul Maskur
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper