Bisnis.com, JAKARTA—Produsen furnitur dan kerajinan Indonesia berusaha membuka lebih besar pangsa di Eropa melalui pendalaman pasar termasuk penjajakan market baru.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri) Abdul Sobur mengatakan pihaknya menggandeng lembaga internasional khusus untuk memperluas jangkauan pasar di Eropa serta penjajakan pasar baru, seperti ke Rusia.
"Pasar Rusia itu besar tetapi kami harus belajar lagi terkait kultur mereka. Di sana banyak mafianya tetapi begitu bisa masuk, potensinya besar," tuturnya, di Jakarta, Senin (19/1/2015).
Secara keseluruhan potensi pasar di Rusia diperkirakan mencapai US$6 miliar. Tapi Amkri tidak membidik penguasaan atas seluruh market yang ada, melainkan hanya sekitar US$200 juta. Apabila nilai ini bisa tergarap dipastikan langsung mendongkrak kinerja ekspor.
Adapun pesaing di Rusia yang sama-sama datang dari tanah Asia, ialah China dan Vietnam. Amkri coba meraba pasar Rusia melalui pameran furnitur skala internasional.
"Fokus sekarang masih ke Eropa, belum ke Amerika. Tapi pengetahuan dari [penjajakan ke pasar Eropa] bisa digunakan ke AS, paling hanya berbebda desain," ucap Abdul.
Untuk memperkuat strategi pemasaran produsen furnitur dalam memasuki pasar Eropa, Amkri coba menggandeng Centre for Promotion of Impor Developing Countries (CBI). Ini adalah badan kementerian luar negeri Belanda yang ada sejak 1971.
CBI memfasilitasi sekitar 48 negara berkembang termasuk Indonesia untuk mendapatkan pijakan di pasar Belanda. Institusi ini juga berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan eksportir negara mitranya serta berlakon sebagai katalis antara pemasok dan pembeli.
Program Manager CBI Nadia El Ovahdani menyatakan pihaknya percaya Eropa adalah pasar yang sulit ditembus karena regulasinya ketat. Tantangan produk Indonesia adalah harga yang harus bisa kompetitif dengan China.
"Generasi muda di Eropa juga kalau beli barang mementingkan dari mana produk itu berasal dan seberapa environment friendly produk itu," katanya.
Potensi pasar ekspor furnitur dan kerajinan buatan Indonesia terbesar ada di Eropa senilai US$800 juta disusul Amerika Serikat US$600 juta. Penjualan lainnya dikiirim ke Amerika Latin, Timur Tengah, Jepang, dan China.
Potensi pasar furnitur dan kerajinan global pada tahun ini diperkirakan mencapai US$122 miliar. Penurunan harga minyak dunia belum dapat dipastikan bakal menekan bisnis ini seberapa jauh, hanya disebutkan menggerus daya beli.
Pelemahan daya beli terpengaruh dari sejumlah bisnis yang melandai dan berujung kepada pemutusan hubungan kerja. Hal ini yang pada akhirnya menggerus daya beli konsumen global terhadap berbagai komoditas.