Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 26 bank global didesak untuk menghentikan pembiayaannya pada perusahaan kertas Asia Pacific Resources International Limited (APRIL), di bawah kontrol Royal Golden Eagle (RGE), terkait dengan dugaan deforestasi dan konflik sosial.
Dua organisasi yang berbasis di Belanda dan Inggris, Bank Track dan Environmental Paper Network mengirimkan surat resminya ke 26 bank tersebut terkait dengan dugaan deforestasi dan konflik sosial dalam wilayah operasi APRIL. Disebutkan bank-bank tersebut mengucurkan sekitar US$1,5 miliar kepada perusahaan itu dalam 6 tahun terakhir.
Dalam suratnya, Bank Track dan Environmental Paper Network menginginkan bank-bank tersebut tak berinvestasi pada kapasitas pengolahan bubur kertas dan kertas milik APRIL, PT Toba Pulp Lestari (TPL) dan perusahaan terafiliasi. Hal itu karena berkaitan dengan aktivitas ilegal serta pelanggaran lingkungan dan sosial.
"Investor yang bertanggung jawab harus menghindari seluruh investasi pada operasi kertas RGE. Posisi itu harus ditahan sampai TPL dan grup RGE membuat komitmen sesuai dengan hukum," demikian surat tersebut yang ditulis pada Desember 2014.
Sejumlah bank yang dimaksud adalah ABN Amro - The Netherlands Agricultural Bank of China - China Barclays - United Kingdom - Bank of America - United States of America Bank of China – China China CITIC Bank - China China Construction Bank - China
China Development Bank - China China Merchants Bank – China Credit Suisse - Switzerland Goldman Sachs - United States of America HSBC.
Lainnya adalah United Kingdom Industrial and Commercial Bank China - China JP Morgan Chase - United States of America Mizuho - Japan Morgan Stanley - United States of America MUFG - Japan Ping An Bank - China RBS - United Kingdom Santander - Spain Sumitomo - Japan Wells Fargo - United States of America Wing Lung Bank - Hong Kong
Dalam suratnya, salah satu masalah hukum yang terkait dengan perusahaan milik taipan Sukanto Tanoto itu adalah kasus korupsi mantan Gubernur Riau Rusli Zainal, yang dihukum 14 tahun. Sejumlah izin yang diterbitkan Rusli, di antaranya memasok bahan baku ke pabrik pengolahan APRIL.
Sedangkan soal lingkungan, pemasok APRIL diduga menebang lahan gambut di Kampar Peninsula, termasuk spesies pohon yang dilindungi peraturan nasional dan internasional.
Tudingan ini berlum terkonfirmasikan secara langsung kepada pihak APRIL. Namun dalam jawaban resminya melalui the Business and Human Rights Resource Centre (BHRRC), lembaga studi yang berbasis di London, APRIL menyatakan pihaknya merupakan pionir untuk praktik berkelanjutan dalam bisnis kertas di Indonesia.
APRIL memberikan jawaban tersebut setelah BHRRC mengundang perusahaan memberikan respons atas surat terbuka yang dikirimkan Bank Track dan Environmental Paper Network.
"APRIL menugaskan SGS Forestry untuk melakukan Audit Pengelolaan Hutan, mencakup kunjungan pada 1997 untuk memastikan, indikator yang di antaranya termasuk dalam audit, dampak sosial dan lingkungan diidentifikasi, ditindaklanjuti oleh APRIL," demikian jawaban resmi perusahaan pada 17 Desember 2014. "Ini memungkinkan perusahaan untuk memenuhi standar internasional pengelolaan hutan."
APRIL juga menyatakan pihaknya telah memiliki dan terus mencari sertifikasi atas operasi dan produk perusahaan. Sertifikasi nasional di antarany adalah SPFM (2006) dari Indonesian Ecolabel Institute dan SVLK, yang wajib dimilkik untuk seluruh perusahaan di sektor kehutanan. Sedangkan sertifkasi internasional di antaranya adalah Origins and Legality of Timber pada 2012.
APRIL juga memaparkan operasi bisnisnya telah memiliki pengaruh ekonomi dan sosial sepanjang 2014, termasuk penciptaan lapangan kerja untuk 90.000 orang, 76.000 hektar yang dialokasikan bagi masyarakat, dan 150 juta pohon yang ditanam setiap tahunnya.