Bisnis.com, NEW YORK - Anggota Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) mendeklarasi perang terbuka dengan produsen minyak shale di Amerika Serikat.
Pernyataan OPEC ini diprediksi terus memberi tekanan terhadap harga minyak mentah dunia yang telah tergerus sampai 50% sejak Juni 2014.
Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail Bin Mohammed al-Mazroui berharap korporasi minyak asal AS mulai terpapar efek buruk anjloknya harga minyak itu.
Berikutnya, OPEC menargetkan produksi minyak shale AS akan jatuh.
Menurutnya, banyak perusahaan minyak asal AS yang terlindungi dari dampak perlemahan harga minyak karena dilindungi oleh pemerintah Paman Sam.
"Kami akan menunggu setidaknya sampai kuartal pertama 2015 untuk melihat apa yang akan terjadi," ungkapnya, Senin (5/1/2015).
Sementara, sejumlah bankir dan analis yang menolak disebut namanya menjabarkan sejumlah perusahaan telah menerapkan kebijakan perlindungan nilai (hedging).
Hal tersebut ditempuh untuk kontrak pengiriman minyak pada bulan-bulan mendatang sehingga dapat mengurangi kerugian akibat tren penurunan harga.