Bisnis.com, JAKARTA—Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Masita mendesak pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk bisa mengatasi masalah pergantian tarif pelabuhan (THC) untuk ekspor dan impor dari menggunakan dollar menjadi rupiah.
Pemberlakukan Terminal Handling Charge atau TCH dalam rupiah dinilai akan memberikan stabilitas biaya pelabuhan bagi para pengguna jasa terutama untuk pengguna jasa eksportir dan importir.
“Tentu akan berdampak terhadap mengurangi tekanan dollar terhadap rupiah,” tuturnya Jumat (02/15).
Selanjutnya, jelasnya, tentu akan berdampak terhadap penurunan biaya logistik yang selama ini masing tinggi yakni 24% sampai 26% dari PDB, terutama dapat mendorong program poros maritim terealisasi.
“Pemerintah bisa menjadikan masalah ini menjadi program jangka pendek, sehingga bisa langusng dan tidak memerlukan waktu yang lama dalam implementasinya,” katanya.
Selain itu, pihaknya mengusulkan untuk meminta kepada pemerintah membebaskan biaya pelabuhan untuk re-posisi container kosong dari Indonesia Timur. Karena pembebasan biaya pelabuhan ini akan menurunkan biaya pengiriman domestik melalui laut sebesar 25% ke Indonesia Timur.
Lalu usulan lainnya, ALI meminta kepada pemerintah untuk mulai mengaktifkan Pelabuhan Bitung sebagai satu-satunya pintu masuk impor barang mewah atau barang yang bersifatnya konsumtif ke Indonesia.
Hal ini penting dilakukan untuk menyeimbangkan volume barang dari Indonesia Timur ke Barat. Sehingga biaya pengiriman domestik ke Indonesia Timur bisa turun.