Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KEDELAI: Kemendag Kendalikan Kenaikan di Tingkat Distributor

Pemerintah tengah memutar otak untuk membenahi sistem perdagangan kedelai agar para distributor tidak mengail keuntungan yang terlalu berlebihan, sehingga harga bahan baku tahu dan tempe tersebut tidak fluktuatif.
Kedelai kering. Pemerintah mengendalikan kenaikan harga di tingkat distributor/Bisnis
Kedelai kering. Pemerintah mengendalikan kenaikan harga di tingkat distributor/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA—Pemerintah tengah memutar otak untuk membenahi sistem perdagangan kedelai agar para distributor tidak mengail keuntungan yang terlalu berlebihan, sehingga harga bahan baku tahu dan tempe tersebut tidak fluktuatif.

Harga kedelai impor--yang mendominasi lebih dari 70% pangsa pasar kedelai Indonesia--terpantau melonjak 25% pada bulan ini. Per 22 Desember, harga kedelai impor menyentuh Rp11.262/kg, sedangkan yang lokal Rp11.001/kg.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menjelaskan kenaikan harga kemungkinan dipicu oleh pedagang yang memanfaatkan situasi di tengah permintaan yang besar jelang hari raya Natal dan Tahun Baru 2015.

Dia mengaku telah menerima laporan keresahan soal mahalnya harga kedelai impor, yang memengaruhi beban biaya produksi para perajin tahu dan tempe. Untuk itu, dia telah bertemu dengan para importir yang tergabung dalam Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo).

Dalam pertemuan tertutup yang berlangsung Senin (22/12/2014), Kemendag mendapati fakta bahwa harga kedelai di tingkat importir tidak naik signifikan ketika disalurkan ke tingkat distributor.

“Jadi kenaikan hanya terjadi di pedagang. Nah, itu yang saya minta agar para importir memantau langsung pedagang-pedagang itu. Lalu kami sedang membahas sistem baru supaya tidak terjadi lonjakan harga yang dilakukan pedagang,” ujarnya, Selasa (23/12/2014).

Melalui sistem baru tersebut, diharapkan suplai kedelai dapat mencukupi, dan kenaikan harga hanya terjadi pada tingkat eceran. Dia menambahkan stok kedelai impor saat ini masih ada sekitar 400.000 ton yang cukup untuk kebutuhan 2-3 bulan ke depan.

Rachmat mengatakan ada masalah lain yang memicu fluktuasi harga kedelai impor, yang memengaruhi biaya produksi para perajin tahu dan tempe. Problema yang dimaksud adalah tingginya tingkat ketergantungan perajin terhadap pengecer.

Secara terpisah, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina membenarkan bahwa permasalahan kenaikan harga kedelai, dipicu oleh pengambilan keuntungan secara impulsif oleh para distributor.

“Importir menyatakan mereka tidak menaikkan harga. Mereka tetap jual ke distributor Rp7.300/kg. Dari distributor mungkin dinaikkan karena biaya transportasinya naik. Padahal, komponen biaya transportasi itu hanya 3% dari struktur harga kedelai. Jadi harusnya naiknya harga jual tidak sampai 20%,” paparnya.

Saat ini, ungkap Srie, harga kedelai di tingkat perajin—menurut laporan Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo)—adalah sekitar Rp7.800—Rp8.000/kg. Dia menyatakan tren kenaikan harga tersebut tidak dipengaruhi oleh fluktuasi rupiah.

“Memang kurs dolar AS naik, tapi kan di [Amerika Serikat, selaku negara asal utama impor kedelai Indonesia] harga kedelai turun. Jadi balance,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ismail Fahmi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper