Bisnis.com,BANDUNG - PT PLN (Persero) harus menanggung kerugian setidaknya Rp10 triliun apabila proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Upper Cisokan Pumped Storage (UCPS) tertunda selama setahun.
Manager Proyek PLTA Upper Cisokan Pumped Storage Weddy B Sudirman mengatakan, sejauh ini progres pembangunan PLTA yang memakan biaya hingga US$800 juta itu tengah menyelesaikan pembangunan access road sepanjang 27 KM yang telah dimulai sejak 2009 dimana saat ini telah mencapai 20,84%.
"Penandatanganan pekerjaan konstruksi utama tender Lot 1 A dan B baru akan dilakukan pada April 2015 mendatang. Kami berharap semuanya berjalan dengan semestinya karena kalau tidak kerugian akan setara nilai proyeknya itu sendiri," kata Weddy kepada wartawan di Cipongkor, Kab Bandung Barat, Sabtu (20/12/2014).
Menurut dia, salah satu kelebihan PLTA UCPS karena lebih ramah lingkungan dan bisa menghemat penggunaan bahan bakar minyak (BBM) hingga Rp10 triliun. Oleh karenanya, keberadaan PLTA ini akan berdampak luar biasa bagi keuangan PLN.
Pembangunan proyek PLTA berkapasitas 4x260 MW ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2019 mendatang dengan total pengerjaan selama 47 bulan dengan nilai investasi mencapai US$800 juta dengan pendanaan berasal dari pinjaman internasional Bank for Reconstruction and Development (IBRD) dengan loan number 8057-D atar setara dengan USD640 juta.
Sisanya diambil dari anggaran PT PLN (Persero) setara USD160 juta untuk masa persiapan dan pelaksanaan konstruksi.
PLTA Cisokan merupakan bendungan dengan material pembentuk roller compacted concrete (RCC) yang terdiri dua bendungan, yaitu bendungan upper dam (bendungan atas) dengan tinggi 75 meter dan panjang bagian atas berukuran 375 meter dan bendungan bawah (lower dam) setinggi 98 meter degan panjang bagian atas 294 meter.
Kapasitas waduk atas dan bawah sebanyak 10 juta m3 dan dihubungkan dengan dua jalur terowongan untuk mengalirkan air sepanjang 1,2 kilometer dan dilengkapi tangki pendatar bertipe restricted orifice, pipa pesat baja dan dua terowongan trailrace beserta struktur outlet.
"Gedung pembangkit berada di bawah tanah pada kedalaman rata-rata 250 meter dengan dimensi tinggi 51 meter, lebar 26 meter, dan panjang 156,6 meter dengan empat pompa turbin yang masing-masing berkapasitas 260 megawatt," ujarnya.
Plt General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan (UIP) VI Anang Yahmadi menambahkan, saat ini pembangunan PLTA tengah memasuki persiapan dan tidak mengalami kendala.
Bahkan untuk pembebasan lahan sudah rampung 50% terutama untuk lahan masyarakat. Begitupun divisi perencanaan dan desain pun sudah selesai. Untuk pelaksana proyek pembangunan bendungan diharapkan bisa ditangani kontraktor profesional dan berpengalaman.
"Pengadaan pun sudah masuk proposal dari calon kontraktor. Kami masih trauma dengan salah satu kontraktor yang bekerja tidak sesuai harapan.
Diakuinya, pembebasan lahan untuk ganti untung lahan hutan seluas 382 hektare belum tuntas karena sesuai aturan harus diganti sebanyak dua kali lipat. Meski begitu, pihaknya telah mendapatkan izin dari Kementerian Kehutanan walaupun baru izin kompensasi.
"Pencairan dana pinjaman sesuai dengan progres dan sudah disetujui oleh World Bank. Karena mereka menginginkan agar pelaksanaan proyek ini ditangani oleh konsultan yang berpengalaman sesuai dengan kriteria mereka," ujarnya.
Lebih lanjut diakuinya, sejumlah halangan terjadi di lapangan diantaranya banyaknya warga yang mengaku rumahnya mengalami kerusakan akibat pembangunan akses jalan penghantar.
"Kami menerima 160 aduan masyarakat. Tapi, kami akan langsung sikapi secara cepat apabila itu menyangkut layanan dasar. Sedangkan yang meminta ganti rugi karena rumahnya retak-retak kami verifikasi dulu dan kaji apakah itu logis atau tidak rusak oleh proyek kami," ucapnya.