Bisnis.com, BOGOR - Pengusaha peternakan perlu melakukan terobosan baru sebagai upaya memacu efisiensi produksi dalam menghadapi era pasar bebas Asean (MEA) 2015.
Ali Agus, Ketua Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia, mengatakan terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan pengusaha atau peternak Tanah Air untuk menciptakan gagasan baru pada sektor peternakan tersebut.
"Menghadapi pasar bebas Asean, sektor peternakan juga harus siap pasang kuda-kuda agar tidak ketinggalan oleh para negara tetangga," paparnya, Jumat (12/12).
Dia menuturkan efisiensi produksi sektor peternakan merupakan salah satu langkah yang sudah harus dilakukan oleh kalangan peternak khususnya perunggasan dengan menghadirkan teknologi untuk menghasilkan daya saing.
Menurutnya, peningkatan kualitas produk peternakan harus lebih kompetitif dengan upaya pembenahan perkandangan, suplementasi pakan dan pengendalian penyakit pada perunggasan yang lebih harus ditingkatkan.
"Selama ini upaya-upaya tersebut belum begitu diperhatikan oleh kalangan peternak atau pengusaha peternakan. Apabila hal itu terus dibiarkan, daya saing industri peternakan kita akan ketinggalan negara tetangga," paparnya.
Ali Agus mengingatkan agar para peternak melakukan konsolidasi dengan membentuk kelompok usaha sebagai langkah antisipatif pengembangan produksi hasil peternakan.
Menurutnya, apabila kalangan peternak non industri atau peternak perorangan tidak bekerja sama, dipastikan daya saing mereka akan tertinggal oleh industri peternakan negara lain.
Sebab, paparnya, sistem peternakan negara tetangga sudah selangkah lebih maju dengan membentuk kelompok usaha ternak sesuai jenis hewan ternak yang dikembangkan.
"Pentingnya pengelompokan usaha ternak tak lain untuk memperkuat skema usaha antar peternak itu sendiri. Jangan sampai ada ego masing-masing kalangan pada peternak," paparnya.
Dengan begitu, lanjutnya, efisiensi produksi peternakan di Indonesia bisa menghasilkan nilai tambah yang menguntungkan pelaku usaha.
"Apabila skema konsolidasi antar peternak sudah terbangun, nantinya para pelaku usaha peternakan bisa mengambil keuntungan lebih banyak," ungkapnya.
Achmad Dawami, Ketua Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia memaparkan terdapat beberapa persoalan yang harus dibenahi pada industri peternakan di Indonesia.
Pertama, kondisi rumah potong hewan (RPH) di Indonesia dinilai menghawatirkan lantaran sekitar 80% masih menggunakan peralatan tradisional. Hal tersebut berdampak pada kualitas hewan potong yang kurang bersaing dengan negara lain.
Kedua, pihaknya mengklaim kalangan pengusaha dan pemerintah belum maksimal mempromosikan pentingnya mengkonsumsi hasil peternakan Indonesia. Sehingga menyebabkan tingkat konsumsi hasil ternak per orang masih di kisaran 8 kg-9 kg per tahun atau jauh dari target pemerintah 15 kg per kapita per tahun.
"Terakhir adalah persoalan pakan yang juga sampai saat ini masih impor. Padahal bahan baku pakan ternak yakni jagung merupakan komoditas yang bisa ditemukan di mana saja di Indonesia," paparnya.
MEA 2015, Pengusaha Peternakan Perlu Lakukan Terobosan Baru
Pengusaha peternakan perlu melakukan terobosan baru sebagai upaya memacu efisiensi produksi dalam menghadapi era pasar bebas Asean (MEA) 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Miftahul Khoer
Editor : Bambang Supriyanto
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
20 menit yang lalu
BPHTB Rumah MBR Dihapus, Pengembang: Kado Istimewa bagi Pasar Properti
30 menit yang lalu
Kadin Amerika Beberkan Dampak Kebijakan Hambatan Tarif dari Trump
34 menit yang lalu
Mendag Klaim Harga Minyakita di Pasaran Normal Jelang Nataru
54 menit yang lalu