Pertemuan tahunan ke-12 Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) 2014 di Kuala Lumpur, pekan lalu, salah satunya menyoroti isu stok karbon di lahan HCS (High Carbon Stock) bagi pembukaan kebun sawit. Berikut beberapa laporan wartawan Bisnis, Rustam Agus. |
Bisnis.com, JAKARTA--Di sela pertemuan tahunan RSPO ke 12 di Kuala Lumpur, Bisnis berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan Dr John Raison, ilmuwan tanah yang memimpin studi komprehensif lahan High Carbon Stock (HCS). Berikut petikannya.
Mengapa Studi HCS sedemikian pentingnya?
Ya...penting karena tidak ada konsensus yang jelas tentang peraturan yang berlaku pada hutan HCS.
Studi dan penelitian ini akan memberikan pendekatan pasti bagi industri sawit saat menentukan daerah mana yang cocok untuk pembukaan lahan.
Pada saat yang sama penelitian ini juga untuk menemukan keseimbangan antara kebutuhan pelestarian hutan dan penciptaan lapangan kerja, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
Artinya, tak hanya patokan stok karbon untuk boleh tidaknya buka hutan?
Studi kami akan menjadi kajian komprehensif dan holistik ke depan dalam mengembangkan kerangka kerja yang berkesinambungan.
Penelitian tak hanya fokus kepada kadar karbon yang tinggi lantas stop deforestasi tetapi juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti masalah sosial ekonomi.
Jadi kami sediakan platform bagi pemerintah dan masyarakat perdesaan untuk memberikan masukan dan tanggapan soal HCS.
Sekitar 2 bulan sebelum rekomendasi hasil penelitian di setiap kawasan/lahan akan dirilis, kami akan menampung dan mempelajari seluruh masukan dan tanggapan dari berbagai stakeholders industri sawit.
Kalau begitu, rekomendasinya akan sangat fleksibel?
Ya...akan sangat fleksibel karena bergantung juga kepada faktor sosio ekonomi, kebijakan pemerintah, masalah lingkungan dan masukan dari berbagai stakeholders lainnya
Berbeda dengan rekomendasi Greenpeace misalnya, yang hanya fokus kepada pendekatan stok karbon sehingga sangat kaku dan tegas meminta stop deforestasi pada lahan-lahan HCS.
Tak khawatir diintervensi kepentingan tertentu?
Studi ini akan memberikan informasi tepercaya soal emisi gas rumah kaca termasuk pertimbangan sosial ekonominya bagi perusahaan dan pemerintah yang hendak konversi lahan jadi perkebunan sawit atau lainnya.
Artinya kami hanya merilis rekomendasi, sedangkan eksekusi tergantung pihak-pihak yang berkepentingan terhadap lahan bersangkutan.
Dalam proses ini kami bekerja profesional sebagai ilmuwan yang bebas dari kepentingan tertentu. Setiap rekomendasi berdasarkan studi ilmiah.
Misalnya untuk Indonesia yang punya lahan gambut luas, maka rekomendasinya mungkin akan lebih ketat tepai tetap berdasarkan studi.
Sebaliknya di negara-negara tertentu di Afrika yang hutannya masih bagus maka bisa diberi kelonggaran hanya untuk kawasan hutan yang kurang rapat
Semua rekomendasi tak bisa di bawah tekanan pihak tertentu. Studi ini dikepalai dua ilmuwan yang masing-masing independen dari semua kepentingan.
Tim teknis beranggotakan enam ilmuan yang bekerja profesional serta melibatkan 15 konsultan yang berbeda-beda fokus penelitiannya.
Apa tantangan dalam implementasi nanti?
Ini memang isu baru. Memberi pemahaman kepada petani kecil dan masyarakat lokal tentu tak mudah hingga menjadi tantangan tersendiri.
Karena itu kami fleksibel tetapi peran pemerintah tetap penting mengawal industri sawit lestari dan berkelanjutan. Sebaliknya kami siap bantu petani kecil tapi tidak melanggar peraturan.
Lantas terhadap lahan yang harus stop deforestasi memang kita harus re-investasi untuk bisa berkelanjutan.
Ini memang tantangannya.
Apalagi jika sudah menyangkut tuntutan kompensasi dari petani atau perusahaan atas lahan HCS yang harus diselamatkan.
Semuanya harus dipertimbangkan karena itu perlu banyak masukan dari seluruh stakeholders termasuk soal kompensasi jika harus dipenuhi.
Kapan hasil studi bisa dirilis?
Studi ini akan berlangsung setahun.
Hasilnya berupa kerangka kerja yang sangat dibutuhkan dalam mendorong visi industri kelapa sawit untuk meningkatkan keberlanjutan dan mengurangi jejak dan sisa karbon.
Penelitian ini akan memberikan dasar teknis untuk memutuskan penggunaan lahan yang menaruh perhatian pada karbon dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Yang jelas setiap rencana pembukaan hutan untuk perkebunan sawit harus didasari studi lengkap terkait HCS berikut berbagai implikasinya.
BACA JUGA:
Industri Sawit Lestari (I): Maju Bersama Pemanasan Global
Industri Sawit Lestari (II): Saatnya Peduli Stok Karbon Hutan
Industri Sawit Lestari (III): Menunggu Hasil Studi Komprehensif HCS