Bisnis.com, JAKARTA— Langkah pemerintah mengurangi defisit neraca transaksi berjalan ke depan diprediksi kian sulit seiring dengan tren defisit neraca pendapatan primer yang terus membesar selama beberapa tahun belakangan ini.
Berdasarkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dirilis Bank Indonesia, defisit neraca pendapatan primer Januari-September 2014 mencapai US$20,60 miliar, naik 3,67% dari periode yang sama tahun sebelumnya US$19,87 miliar.
Neraca pendapatan primer disumbang a.l. pembayaran bunga pinjaman luar negeri pemerintah dan swasta, keuntungan perusahaan penanaman modal asing (PMA) oleh investor asing, dan pembayaran dividen atas kepemilikan saham domestik oleh nonresiden.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto menilai awal pemerintahan Joko Widodo merupakan momentum yang pas untuk memperbaiki neraca pendapatan primer, yang selama ini terus menggerus neraca transaksi berjalan.
“Sebenarnya neraca pendapatan primer ini seharusnya sudah dilakukan sejak tahun-tahun sebelumnya. Kami pikir ini lebih baik dilakukan agar pondasi ekonomi menguat, sehingga memancing reaksi positif dari pelaku pasar,” tuturnya.
Seperti diketahui, tren defisit neraca pendapatan selama empat tahun terakhir ini terus meningkat. Defisit neraca pendapatan 2012 mencapai US$26,62 miliar, naik 0,30% dari tahun sebelumnya US$26,54 triliun. Adapun, defisit neraca pendapatan 2010 sebesar US$20,69 miliar.
Oleh karena itu, Ryan meminta pemerintah melalui Menteri Keuangan dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk menyiapkan kebijakan yang konkret, sehingga komitmen mengurangi defisit transaksi berjalan benar-benar nyata.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel