Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KILANG MINYAK: Pemerintah Utamakan Nilai Tambah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan akan mengutamakan nilai tambah yang diperoleh negara dalam pembangunan kilang bahan bakar minyak domestik.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan akan mengutamakan nilai tambah yang diperoleh negara dalam pembangunan kilang bahan bakar minyak domestik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan pihaknya tengah membuka kembali opsi-opsi pembangunan kilang yang sempat tersendat kendati juga menargetkan pembangunan kilang baru.

“Salah satunya kita akan melakukan modernisasi kilang-kilang yang sudah ada. Artinya ditingkatkan kompleksitasnya agar memiliki nilai tambah yang lebih bagi negara,” katanya di Kementerian ESDM, Jumat (14/11).

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) berencana melakukan upgrading pada empat kilang bahan bakar minyak mereka yang berada di Cilacap, Balongan, Dumai dan Balikpapan. Pertamina akan melakukan penandatanganan nota kesepahaman pada 10 Desember 2014 untuk proyek ini.

Sementara itu, Direktur PT TubanPetro Riki Ibrahim mengatakan pemerintah akan memperoleh nilai tambah hingga 60% bila membangun kilang yang juga menghasilkan produk petrokimia.“Kalau untuk produk BBM nilai tambah hanya 20%,” katanya.

TubanPetro merupakan pelaku industri petrokimia yang 100% sahamnya dikuasai oleh negara. Riki berharap agar pemerintah juga memiliki perhatian terhadap industri petrokimia yang memiliki tantangan pada teknis operasi, distribusi dan pemasaran sehingga membutuhkan perencanaan dan operasional akibat biaya yang tinggi.

Padahal, jelasnya, produk petrokimia kini sudah defisit sehingga untuk menutupnya pelaku industri mengandalkan impor. Misalnya untuk produk Ethylene defisitnya mencapai 510.000 ton, sedangkan Polypropylene defisit mencapai 460.000 ton.

Dia mengungkapkan nilai impor produk petrokimia itu pada 2012 lalu mencapai US$15,6 miliar dan akan terus meningkat pada masa yang akan datang. Padahal, untuk membangun kilang petrokimia baru berkapasitas 450.000 barel per hari hanya membutuhkan biaya US$9 miliar.

“Tentu ini tidak sebanding dengan nilai impor produk BBM yang mencapai US$53,35 miliar hingga US$56,8 miliar. Potensi penghematan atas kekurangan produk kilang integrasi sampai industri petrokimia sekitar US$17,71 miliar hingga US$18,86 miliar. Kalau dipakai bangun kilang petromikia sudah dapat 2,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lukas Hendra TM
Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper