Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Rumput Laut: Pengusaha Pertanyakan Kesiapan Pemerintah Serap Investasi

Kalangan pengusaha rumput laut nasional mempertanyakan kesiapan pemerintah untuk menyerap investasi dengan berbagai insentif dukungan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, SEMARANG --Berbagai hambatan masih mengganggu investasi di sektor pengolahan rumput laut di Indonesia.

Kalangan pengusaha rumput laut nasional mempertanyakan kesiapan pemerintah untuk menyerap investasi dengan berbagai insentif dukungan atau insentif agar keamanan investasi yang ada bisa terjamin dan terealisasi masuk di Indonesia.

Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis mengatakan saat ini untuk merealisasikan investasi yang ada masih ditemui berbagai hambatan, di antaranya adalah sulitnya perizinan dan tingginya biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mendirikan sebuah industri pengolahan.

“Kita sudah membahas kemungkinan adanya investasi masuk dari pihak China joint venture dengan pihak Indonesia untuk mendirikan industri pengolahan rumput laut, terutama untuk produk jenis refined carrageenan.Hanya saja pihak sana menanyakan tentang keamanan dan kepastian investasinya di Indonesia,” kata Safari dalam rilis yang diterima Bisnis, Senin (10/11/2014).

Dia menjelaskan, untuk mendirikan sebuah industri rumput laut di China dengan produksi 6 ton/hari diperlukan biaya sebesar US$15 juta, sementara di Indonesia bisa mencapai dua kali lipatnya yakni sebesar US$30 juta.

“Indonesia harus mendatangkan mesin-mesin dari luar dan itu harus dikenakan bea masuk dan PPN, memang seharusnya diberikan keringanan. Di China, kalau bisa ekspor produk olahan bisa langsung mendapat restitusi, terutama barang penolong. Rumput laut Indonesia banyak diekspor ke China, nah sekarang apakah pemerintah Indonesia bisa melakukan perlakuan yang sama untuk menarik investasi?” kata Safari.

Pihaknya mengaku tengah menjajaki joint venture antara PT Phoenix Jaya dengan tiga perusahaan China antara lain Green Fresh, Fujian Province LVQI Food Colloid dan Lubao Biochemistry. Pihaknya menginginkan investor asing bisa membangun Industri pengolahannya di Indonesia.

“Nanti bisa untuk konsumsi lokal maupun ekspor,” ungkap Safari.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, produksi rumput laut nasional pada 2013 mencapai 9.298.474 ton dalam keadaan basah atau 929.847,4 ton dalam keadaan kering.

Berdasarkan Data Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, jumlah ekspor rumput laut nasional paling banyak diekspor ke China mencapai 143.725 ton di tahun 2013 dengan nilai sebesar US$1,25 juta.

“Kami masih menanti kepastian akan adanya kemudahan untuk perizinan dan kita pun menunggu kejelasan waktu dan biaya yang dikeluarkan. Gagasan Presiden Jokowi untuk membentuk kantor perizinan one stop service khusus bagi investasi kami dukung karena investor memerlukan pendampingan bila menemui hambatan. Kita harapkan ke depan pemerintah bisa lebih siap untuk menarik investasi dengan memberikan berbagai insentif menarik,” papar Safari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Khamdi
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper