Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Pastikan Pasokan SPBU Di Jateng & DIY Aman

Pertamina wilayah Jawa Tengah dan DIY memastikan pasokan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi aman dan terdistribusi merata menjelang kenaikan harga bensin jenis premium pada bulan ini.
Ilustrasi/Worldpress
Ilustrasi/Worldpress

Bisnis.com,  SEMARANG—Pertamina wilayah Jawa Tengah dan DIY memastikan pasokan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi aman dan terdistribusi merata menjelang kenaikan harga bensin jenis premium pada bulan ini.

Seperti diketahui, konsumsi BBM bersubsidi di wilayah ini mencapai 9.000 kilo liter (KL) per hari. Adapun konsumsi solar mencapai 5.000 KL per hari.

Manager Humas Pertamina Operasi Pemasaran Regional IV Jatengdan DIY Robert Marchelino Verieza Dumatubun mengatakan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi sekitar Rp3.000 untuk bensin dan Rp1.500-Rp2.000 untuk jenis solar tidak akan berpengaruh signifikan terhadap pasokan di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

“Kita masih menunggu pengumuman dari pemerintah pusat soal itu [kenaikan harga BBM bersubsidi],” papar Robert saat ditemui di kantornya, Selasa (4/11/2014).

Kendati demikian, kata dia, Pertamina OPR IV telah mempersiapkan diri terhadap kemungkinan kenaikan BBM yang berdampak pada permintaan dan penjualan. Persiapan yang dilakukan Pertamina antara lain membentuk satuan tugas (satgam) yang dilaksanakan pada 1 November sampai 15 November. Jika belum ada kesepakatan kenaikan BBM sampai 15 November, kata dia, tugas satgam akan diperpanjang hingga batas pengumuman resmi dari pemerintah pusat.

Berdasarkan pengalaman sebelumnya saat diberlakukan kenaikan harga BBM, kata Robert, penjualan justru menurun. Apabila ada permintaan, jumlahnya tidak signifikan.

“Misalnya SPBU dengan kapasitas tanki yang semula minta 16 ton, kemudian ada penambahan permintaan 24 ton, maka kami bisa memonitoring pasokan. Karena setiap pasokan SPBU kita terus pantau,” paparnya.

Menurutnya, pengecekan terhadap permintaan SPBU akan terlihat dari konsumsi harian atau pasokan yang terdistribusi pada SPBU tersebut. Apabila ada lonjakan permintaan yang signifikan, kata Robert, petugas Pertamina akan segera mengkroscek dan mendeteksi ke lapangan.

“Hal ini untuk mengantisipasi penimbunan BBM bersubsidi yang dilakukan SPBU. Dalam hal ini, kita telah bekerjasama dengan TNI, Polri, dinas terkait dan stakeholder lainnya,” tutur dia.

Antisipasi antrean panjang di sejumlah SPBU, ujar Robert, pihak Pertamina telah menyarankan kepada pengusaha SPBU untuk memisahkan antara kasir dan petugas operator pengisian BBM. Selain itu, SPBU diminta untuk menyiapkan jalur khusus untuk pengisian bahan bakar khusus (BBK) yakni Pertamax, Pertamax Plus dan Pertamina Dex.

“Jangan sampai tempat pengisian BBK terisi dengan antrean panjang dari pengisian BBM bersubsidi. Kita sudah sosialisasi mengenai hal itu,” ujarnya.

Selanjutnya, ujar Robert, pihak Pertamina telah membagi skema mana saja titik SPBU yang rawan terjadi lonjakan pembelian BBM bersubsidi. Lonjakan konsumen bisa diantisipasi dengan meminta konsumen untuk beralih ke SPBU terdekat yang masih longgar.

Organisasi Angkutan Darat (Organda) Provinsi Jawa Tengah meminta kepada PT Pertamina untuk menambah pasokan BBM bersubsidi di jalur selatan karena terjadi kelangkaan solar di wilayah itu.

Ketua Organda Jawa Tengah Karsidi Budi Anggoro mengatakan sejauh ini belum ada kendala serius mengenai pasokan premium dan solar bersubsidi di jalur pantai utara sejak adanya adanya kebijakan pemerintah mengenai pembatasan BBM awal Agustus lalu. Sebaliknya, sejumlah SPBU di jalur selatan Jawa Tengah mengalami kelangkaan BBM jenis solar.

“Kelangkaan terjadi sejak adanya pengalihan jalur selatan karena Jembatan Comal ambles sebelum Lebaran. Makanya kami minta pasokan BBM di jalur utara dialihkan ke jalur selatan,” terangnya.

Sejak adanya pengalihan jalur angkutan ke jalur selatan akibat Jembatan Comal ambles, kata Karsidi, biaya operasional angkutan yang semula melewati pantura membengkak. Pasalnya, jalur yang dilewati angkutan harus memutar lebih jauh dari arus lalu lintas biasanya.

“Detailnya berapa persen pengaruhnya, kami belum menghitung secara keseluruhan,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Khamdi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper