Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEMBIAYAAN SMELTER: Bos Bosowa Curhat ke Menperin Saleh Husin

CEO Bosowa Group Erwin Aksa curhat kepada Menteri Perindustrian Saleh Husin soal dukungan perbankan dalam pembiayaan proyek penghiliran industri yang lemah.
Ilustrasi: smelter
Ilustrasi: smelter

Bisnis.com, JAKARTA--CEO Bosowa Group Erwin Aksa curhat kepada Menteri Perindustrian Saleh Husin soal dukungan perbankan dalam pembiayaan proyek penghiliran industri yang lemah.

Aspek itu menjadi landasan untuk menjaring lebih banyak investor agar mau membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.

Smelter itu tidak perlu insentif yang penting pembiayaannya. Bank di dalam negeri belum 100% ingin mendorong investasi di sektor ini,” ucapnya seusai bertemu Menperin Saleh Husin di Kantror Kemenperin, Jakarta, Kamis (30/10/2014).

Pembiayaan bank mudah diperoleh pebisnis di sektor pertambangan yang usahanya berskala besar dan sudah berpengalaman. Saat ini bunga kredit yang diberikan berkisar 13% - 14%.

Selain pembiayaan bank, investor smelter juga mengeluhkan soal birokrasi perizinan yang berliku dan kendala soal komitmen pasokan bahan baku dari pemilik tambang.  

Investor yang menggali tambang menggunakan izin usaha pertambangan atau IUP.

Adapun yang hanya membangun pabrik pengolahan dan pemurnian memakai izin usaha industri (IUI).

Pemegang IUI tak jarang mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan bahan baku untuk smelter mereka.

Pasalnya tanpa komitmen suplai dengan pemilik IUP, maka tidak ada jaminan para perusahaan tambang akan memasok kebutuhan mereka.

Sementara itu terkait pengadaan tenaga ahli, lazimnya investor smelter mendatangkannya dari negara asal.

Sumber daya manusia yang hendak didatangkan ini terkait dengan pertambangan sehingga mereka diwajibkan pula memiliki IUP sedangkan perusahaan hanya punya IUI.

“Izin itu sebetulnya cukup pada bupati. Jaminan pasokan tidak bisa dimiliki pemilik tambang yang kecil,” tutur Erwin.

Kementerian Perindustrian mencatat terdapat 24 rencana pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian di dalam negeri.

Delapan proyek di antaranya ditargetkan beroperasi mulai 2017.

Proyek lain ada yang sudah beroperasi dan ada juga yang baru beroperasi pada 2018 dan 2019.

Bosowa sendiri memiliki proyek pembangunan smelter yang digarap melalui anak usaha PT Bosowa Industri FeNi.

Pabrik pengolahan dan pemurnian bijih nikel menjadi feronikel ini berlokasi di Jeneponto, Makassar.

Erwin menyatakan proyek tersebut sejauh ini tetap berjalan sesuai rencana.

“Proyek smelter sudah selesai penunjukkan kontraktor, selanjutnya pendanaan. Kami targetkan mulai konstruksi tahun depan selesai dalam dua tahun,” katanya.

Proyek bernilai US$432,7 juta dibangun di area seluas 60 hektare.

Pabrik ini mampu memproduksi feronikel sekitar 25.000 ton per tahun.

Produk ini seluruhnya akan dijual luar negeri a.l. ke China, India, dan Jepang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper