Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bagaimana Masa Depan Perdagangan RI-China? Ini Analisisnya

Tren defisit perdagangan Indonesia terhadap China berpeluang semakin memburuk dalam lebih dari satu dekade mendatang, seiring dengan prediksi bahwa raksasa Asia Timur itu akan kian merajai arus perdagangan dunia pada 2030.
Hubungan dagang Chjna dengan negara-negara Asean yang berbiaya rendah seperti Indonesia akan semakin kuat. /Bisnis.com
Hubungan dagang Chjna dengan negara-negara Asean yang berbiaya rendah seperti Indonesia akan semakin kuat. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Tren defisit perdagangan Indonesia terhadap China berpeluang semakin memburuk dalam lebih dari satu dekade mendatang, seiring dengan prediksi bahwa raksasa Asia Timur itu akan kian merajai arus perdagangan dunia pada 2030.

Para analis PricewaterhouseCoopers (PwC) memproyeksi Negeri Panda bakal merebut porsi terbesar dalam rute perdagangan dunia pada 2030, dipicu oleh peningkatan kesejahteraan konsumen yang memantik lonjakan pembelian barang dari luar negeri.

Namun, tingginya permintaan tersebut juga diimbangi dengan pergeseran orientasi ekspor China dari produk-produk berbasis manufaktur ke barang-barang yang bernilai lebih tinggi. Padahal, produk Indonesia yang diekspor ke China lebih didominasi oleh komoditas.

Pada 2030, total nilai perdagangan RI-China diperkirakan menyentuh level US$179 miliar meroket dari pembukuan 2013 senilai US$52,45 miliar. Adapun, total perdagangan barang dunia pada tahun yang sama diprediksi naik dua kali lipat menjadi US$18 triliun.

“Hubungan dagang Chjna dengan negara-negara Asean yang berbiaya rendah seperti Indonesia akan semakin kuat, karena banyaknya perusahaan [China] yang berusaha mencari tenaga kerja murah di sini,” papar Ekonom Senior PwC Richard Boxshall dalam laporannya yang dikirim kepada Bisnis.com.

Bagi dunia usaha, lanjutnya, hal itu mengindikasikan China bakal semakin memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan barang terpenting di dunia. Negara tersebut juga akan memiliki rute dagang terbanyak dari hanya dua rute pada 2013 menjadi tujuh pada 2030.

“Peran China di Asean juga akan dibarengi dengan kucuran investasi yang besar di sektor infrastruktur, terutama di bidang transportasi, sehingga memungkinkan perpindahan barang yang semakin mudah ke pasar RI.”

Secara nilai dan volume, saat ini China merupakan mitra dagang terbesar dan nomor satu bagi RI. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total perdagangan RI-China tumbuh positif 19,58% dalam lima tahun terakhir.

Namun, neraca perdagangan RI terhadap Negeri Tirai Bambu terus mencatatkan defisit dari tahun ke tahun. Pada 2013, shortfall perdagangan terhadap RRT mencapai US$7,24 miliar, turun tipis dari torehan defisit 2012 senilai US$7,72 miliar.

Sepanjang paruh pertama tahun ini, defisit dengan China bernilai US$5,86 miliar, membengkak 54,95% dari capaian tekor pada semester pertama tahun lalu senilai US$3,78 miliar.

Secara terpisah, para ekonom HSBC Holdings Plc memprediksi China bakal mengukuhkan diri sebagai mitra dagang terpenting RI pada 2020, disusul India dan Vietnam. Permintaan akan produk konsumen dan barang konstruksi akan semakin tinggi.

DOMINASI IMPOR

Namun yang perlu dicermati, pada tahun yang sama, sebanyak 40% dari total barang impor Indonesia diperkirakan bakal didominasi oleh produk China. Angka tersebut naik dari level 25% yang tercatat pada tahun lalu.

Secara terpisah, Head of Global Trade HSBC Indonesia Nirmala Salli berekspetasi pada 2020 China akan menggantikan posisi Jepang sebagai negara tujuan ekspor utama Indonesia, dan pada 2030 India juga akan menggeser posisi Negeri Sakura.

Dari sisi Indonesia sendiri, dia berpendapat produk-produk berbasis minyak—termasuk crude palm oil (CPO), minyak dan lemak hewani, serta minyak makanan—akan tetap mendominasi lebih dari 10% komoditas ekspor Indonesia selama 2014-2030.

Hal tersebut dipandang tidak cukup seimbang dibandingkan dengan China, yang sudah bergeser pada ekspor yang berorientasi teknologi tinggi dengan besaran nilai yang jauh lebih besar dari produk berbasis komoditas.

“Bagaimanapun, Indonesia punya basis tenaga kerja yang cukup terdidik dan upah yang lebih rendah dari China atau negara maju lain. Ini akan menopang pertumbuhan manufaktur berbiaya rendah dalam beberapa tahun,” jelas Nirmala.

Atas dasar kalkulasi tersebut, dia berekspetasi penjualan produk manufaktur seperti tekstil dan produk tekstil (TPT) serta produk kayu atau furnitur akan memberi kontribusi sekitar 10% terhadap total ekspor RI pada 2014-2030.

Kementerian Perdagangan baru-baru ini mengungkapkan perubahan strategi yang akan digunakan untuk berdagang dengan China. Ke depannya, menurut otoritas perdagangan, RI tidak akan lagi bersaing dari segi efisiensi dengan ekonomi terbesar kedua dunia itu.

Untuk bertempur melawan tren defisit dengan Negeri Tirai Bambu, pemerintah bakal lebih menonjolkan diferensiasi produk ekspor yang mencerminkan identitas yang tidak dimiliki oleh negara lain.

Selain itu, Kemendag juga akan menggunakan strategi spesifikasi produk untuk menembus pasar China. Sebagai contoh, RI tidak akan lagi mengekspor produk ‘sepatu olah raga’ ke sana, tapi akan menjadi semakin spesifik seperti ‘sepatu tenis’ atau ‘sepatu futsal’.

Neraca Perdagangan RI Terhadap China

(miliar US$):

Periode

Total

Ekspor

Impor

Neraca

2009

25,50

11,49

14,00

-2,50

2010

36,11

15,69

20,42

-4,73

2011

49,15

22,94

26,21

-3,27

2012

51,04

21,65

29,38

-7,72

2013

52,45

22,60

29,84

-7,24

2014*

27,96

10,63

17,33

-6,70

*) Ket: periode Januari-Juli 2014

Sumber: Kemendag, 2014

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper