Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Patokan Harga Beli Kedelai Tak Dongkrak Minat Petani

Patokan harga beli kedelai di tingkat petani periode Oktober-Desember 2014 sebesar Rp7.600 per kilogram dinilai tidak akan mendongrak minat tanam petani terhadap komoditas tersebut.

Bisnis.com, SURABAYA--Patokan harga beli kedelai di tingkat petani periode Oktober-Desember 2014 sebesar Rp7.600 per kilogram dinilai tidak akan mendongrak minat tanam petani terhadap komoditas tersebut.

Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur Ahmad Nur Falakhi mengungkapkan harga yang ditetapkan pemerintah tersebut tidak menarik karena keuntungan petani rendah.

“Petani baru tergerak menanam bila harga pembelian kedelai berada di level Rp12.000 per kilogram atau sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibanding beras,” jelasnya, Senin (13/10/2014).

Petani, kata dia, memiliki skala prioritas dalam menentukan komoditas apa yang akan ditanam sepanjang tahun. Bila prasyarat seperti ketersediaan air mencukupi maka padi menjadi pilihan utama karena lebih menguntungkan.

Menurutnya apabila air tidak tersedia karena faktor kemarau maka petani lebih memilih menanam jagung.

Hal ini didasari pertimbangan permintaan jagung lebih stabil dan perawatan tanaman lebih mudah.

“Setelah padi dan jagung tidak bisa ditaman maka baru dipilih kedelai,” tambahnya.

Dia menilai perbaikan akses penunjang pertanian seperti saluran air di Jawa Timur terbukti meningkatkan minat bertanam padi.

Namun demikian keinginan budidaya kedelai semakin turun.

Produksi kedelai Jawa Timur pada 2012 sebanyak 361.980 ton lalu turun 8,99% menjadi 329.460 ton pada 2013.

Sedangkan produksi pada 2014 diprediksi 326.150 ton biji kering kedelai atau turun 3,66%.

Nur Falakhi menilai penurunan tersebut tidak akan bisa diatasi hanya dengan penetapan harga pembelian kedelai di tingkat petani di level biasa-biasa saja.

Sebab saat pemerintah menetapkan harga beli Rp7.600 / kilogram kedelai di tingkat petani sudah Rp8.000 per kilogram.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper