Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi berencana menerapkan sejumlah jurus efisiensi seiring dengan pelemahan mata uang rupiah yang kian terpuruk. Mulai dari penghematan biaya operasional sampai rencana penaikan harga jual produk.
Pada penutupan perdagangan Jumat (3/10) rupiah bertengger di level di level Rp12.178. Ini jelas bukan sinyal yang bagus terhadap kinerja emiten farmasi. Pasalnya, 80% dari harga pokok penjulan berasal dari biaya bahan baku.
Direktur Utama PT Kalbe Farma Tbk. Rusdi Rosman mengatakan perseroan akan menerapkan sejumah langkah efisiensi guna meredam dampak depresiasi rupiah.
Beberapa komponen yang termasuk dalam variable cost masih memungkinkan dilakukan penghematan.
Namun, untuk komponen fix cost seperti beban gaji, perseroan mengaku hanya bisa pasrah.
“Memang dampaknya [depresiasi rupiah] sangat terasa,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (6/10).
Salah satu upaya yang akan dilakukan adalah mengganti energi yang digunakan untuk menghidupi pabrik dengan solar.
Rusdi optimistis langkah tersebut bisa menghemat 30%-40%. Dengan kondisi mata uang rupiah terus melemah, perseroan berencana mengimbanginya dengan peningkatan penjualan.
Menurut Rusdi, dampak depresiasi mata uang lokal ini belum akan terasa di kuartal III tahun ini.
Pasalnya, selain perusahaan masih mengandalkan stok bahan baku impor sebelumnya, pembayaran juga akan dilakukan pada kuartal selanjutnya.
Oleh karena itu, dampak depresiasi ini baru akan dirasakan perseroan pada kuartal IV tahun ini.