Bisnis.com, BOGOR- Beberapa kalangan meminta adanya upaya pemerintah untuk bisa melanjutkan program diversifikasi pangan beras analog yang saat ini masih berjalan belum maksimal.
Slamet Budijanto, inventor atau salah satu penemu beras analog dari Fakultas Tekonologi Pertanian Instititut Pertanian Bogor (IPB) mengatakan perkembangan beras analog di Indonesia selama ini masih jalan di tempat.
Dia menuturkan pengembangan produk olahan berbasis bahan baku lokal tersebut memerlukan kerja keras dari berbagai pihak sehingga bisa diterima dan dikonsumsi masyarakat.
"Amanat UU 18/2012 tentang ketahanan pangan melalui kemandirian pangan bersumber dari bahan lokal salah satunya sudah terwakili oleh beras analog. Tetapi sayang hasilnya belum begitu maksimal," katanya, Rabu (1/10/2014).
Dia tidak menampik keinginan mengembangkan beras analog banyak berasal dari pemerintah pusat maupun daerah. Akan tetapi, katanya pemerintah perlu komitmen yang lebih kuat akan pentingnya menghadirkan pangan pokok selain beras.
"Kita perlu pangan pokok beragam dari sumber daya alam Indonesia. Keyakinan itu sepertinya yang belum sepenuhnya muncul dengan baik dari para pengambil keputusan. Slogannya sudah banyak dikumandangkan tetapi implementasi kurang," paparnya.
Padahal, lanjutnya, saat ini terdapat satu industri di Cigombong Bogor yang mendapat bantuan dari peralatan Kementerian Perindustrian. Akan tetapi pemasaran beras analog masih terkendala sehingga produksinya masih belum kontinyu.
Dia menuturkan terdapat beberapa daerah yang sudah tertarik untuk mengembangkan beras analog, meskipun tindak lanjut dalam mengembangkannya masih belum kelihatan.
Slamet mengatakan saat ini beras analog produksi kampus IPB telah dipasarkan di sejumlah toko dan restoran yang telah terjual sekitar 500 pack untuk isi 800 gram per bulan.
Pihaknya juga telah berupaya mengajak kerja sama dengan beberapa industri, tetapi sampai saat ini beberapa industri tersebut belum menyepakatinya.
"Mungkin perlu kerja sama yang lebih saling memahami dan percaya sehingga ke depan masing-masing pihak merasa perlu untuk mengembangkan pangan lokal," paparnya.
Slamet menjelaskan pemerintah seharusnya semakin sadar apabila beras analog bisa berkembang, maka secara perlahan paradigma masyarakat bisa berubah akan pentingnya sumber karbohidrat selain beras.
"Oleh karena itu apabila masyarakat menkonsumsi pangan non beras maka tidak akan berarti kelaparan. Jika cara berpikir masyarakat sudah seperti ini, maka masyarakat tidak perlu lagi tergantung hanya pada beras," paparnya.