Bisnis.com, JAKARTA-- Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengaakan menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015, pelaku konstruksi harus siap dengan cara meningkatkan kemampuan.
Menurutnya, Badan beberapa Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional telah memiliki pengalaman dan berhasil melakukan pekerjaan konstruksi di berbagai negara Asean, seperti Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Timor Leste sehingga menjadi modal untuk bersaing.
"Mari kita sikapi MEA secara proporsional, yang terpenting saya menghimbau para pelaku konstruksi untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya, " tutur Djoko dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Senin (29/9/2014).
Djoko mengatakan tahun ini nilai pasar konstruksi Indonesia menyamai Korea Selatan, bahkan diprediksi akan menjadi pasar perumahan terbesar ketiga di dunia. Menurutnya, Indonesia tidak hanya menjadi pasar, tetapi juga harus mampu berperan sebagai basis produksi sektor kontruksi di Asean.
Dia mengatakan pemerintah telah mengambil langkah-langkap progresif untuk mempersiapkan pelaku konstruksi nasional dalam menghadapi MEA.
Salah satunya bahwa untuk melakukan usaha jasa konstruksi di Indoesia, Badan Usaha Jasa Konstriksi Asean harus bekerja sama dengan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional kualifikasi besar dalam bentuk joint operation atau joint venture.
Di sisi lain, penyertaan modal asing saat ini juga dibatasi maksimal sebesar 55% untuk kontraktor dan 51% untuk konsultan yang nantinya akan menjadi sebesar 70% setelah diberlakukannya MEA.
"Oleh karena itu, Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional harus menjadi partner yang aktif dalam bermitra dengan Badan Usaha Jasa Konstruksi Asean agar dapat mengambil manfaat dari kerja sama ini dengan tecerminnya kapasitas SDM, teknologi, dan permodalan Badan Usaha Jasa Konstruksi Nasional," paparnya.
Dia menjelaskan dari sisi tenaga kerja jasa konstruksi, pihak asing yang bekerja di Indonesia masih dibatasi hanya untuk tingkat direktur, manajer, dan tenaga ahli serta harus tetap memnuhi ketentuan paraturan perundang-undangan ketenagakerjaan dan keimigrasian yang berlaku di Indonesia.
"Saya percaya sampai saat ini, tenaga kerja konstruksi Indonesia memiliki daya saing kompetitif dan komparatif yang relatif tinggi di kawasaan Asean," pungkas Djoko Kirmanto.
Pengembangan SDM sangat krusial karena masih banyak pihak yang menilai sektor konstruksi Indonesia dinilai belum siap untuk menghadapi ketatnya persaingan dalam implementasi MEA 2015.
Jumlah perusahaan konstruksi di Indonesia memang lebih banyak dibandingkan tenaga ahli yang tersedia. Sebagai perbandingan, perusahaan konstruksi di Indonesia mencapai 114.000,sementara China hanya 66.000. Perusahaan konstruksi China sebagian besar menangani skala proyek yang lebih besar.
Untuk periode 2006-2013, pertumbuhan rata-rata tenaga kerja hanya sekitar 6%, sementara pertumbuhan rata-rata nilai konstruksi untuk periode yang sama sebesar 21%.
Badan Pusat Statistik pada 2013 menyebutkan SDM konstruksi Indonesia mencapai 6,9 juta atau 5,7% dari tenaga kerja nasional. Dari jumlah tersebut, sebesar 4% merupakan tenaga ahli, 20% tenaga terampil, dan 76% sisanya merupakan tenaga kerja kurang terampil.
Adapun, pada kesempatan itu, Kementerian Pekerjaan Umum memberi penghargaan Konstruksi Indonesia 2014.
Acara tersebut merupakan apresiasi kepada para pemenang kompetisi atau penghargaan pada event tahunan Konstruksi Indonesia, yaitu Lomba Pekerja Konstruksi, Kompetisi Foto Konstruksi, Lomba Jurnalistik\Karya Tulis Media Cetak, Lomba Karya Tulis Ilmiah terkait Konstruksi, Penghargaan Karya Konstruksi, dan Penghargaan Kinerja Proyek Konstruksi.
Pada malam penghargaan Konstruksi Indonesia 2014 terpilih sebagai pemenang pertama lomba pekerja konstruksi antara lain Fauzi (Jawa Timur) kategori Bidang Batu; Fitriyanto (DI Yogyakarta) kategori Bidang Listrik; I Putu Yuwana Warta S (Bali) kategori Plambing.
Selain itu, Joko Sriyono (DI Yogyakarta) kategori Juru Ukur; Edo Fasha Yudiarso (DI Yogyakarta) kategori Mandor Pelaksanaan Pekerjaan Jalan; Gatot Suraharsono (Jawa Timur) kategori Mandor Pelaksanaan Gedung; Indrawadi (Sumatera Barat) kategori Operator Excavator; Suparman/Asep Bono ( PT Hutama Karya) kategori Pemasangan Scaffolding.
Untuk penghargaan Kinerja Proyek Konstruksi terpilih sebagai pemenang pertama antara lain PT Total Bangun Persada Tbk yang menggarap proyek Indonesia Internasional Expo-Serpong untuk kategori proyek dengan nilai di atas Rp10 miliar pelaksanaan bangunan kurang dari delapan lantai.
PT Total Bangun Persada Tbk (proyek Indonesia The Hermitage-Menteng, Jakarta Pusat); kategori proyek dengan nilai di atas Rp10 miliar pelaksanaan bangunan lebih dari delapan lantai.
PT Wijaya Karya Persero Tbk (proyek Spilway Bendungan Jatigede-Sumedang Jawa Barat) kategori proyek dengan nilai di atas Rp 10 miliar pelaksanaan bangunan prasarana sumber daya air;
PT Adhi Karya Persero, Tbk (proyek berbasis kinerja Semarang-Bawen) kategori proyek dengan nilai di atas Rp10 miliar pelaksanaan bangunan prasarana transportasi;
dan PT Truba Jaya Engineering (proyek Tuban Factory Jembatan Brantas pada ruas tol Kertosono, Mojokerto) kategori proyek dengan nilai di atas Rp10 miliar pelaksanaan bangunan prasarana energi dan industri.