Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MEA 2015: Soal Bahan Baku Lokal, RI-Thailand Senasib

Indonesia tidak sendirian menghadapi minimnya pemenuhan kebutuhan bahan baku bagi industri manufaktur. Thailand, selaku pesaing terdekat RI untuk skala Asean, juga mengalami masalah serupa.
Persiapan MEA harus dari in dan out, dari dua arah. /Bisnis.com
Persiapan MEA harus dari in dan out, dari dua arah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia tidak sendirian menghadapi minimnya pemenuhan kebutuhan bahan baku bagi industri manufaktur. Thailand, selaku pesaing terdekat RI untuk skala Asean, juga mengalami masalah serupa.

Industri pendukung di Negeri Gajah Putih boleh jadi lebih kuat dibandingkan dengan Indonesia. Tapi soal pasokan bahan baku, Thailand tetap tergantung kepada impor. Pembelian bahan baku baja dari luar negeri oleh industri pendukung di negara itu bisa mencapai 100%.

President The Thai Alliance For Supporting Industries Association (ASIA) Viroj Sirithanasart berpendapat Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) mula akhir 2015 justru menjadi peluang bagi industri logam dasar besi dan baja di Indonesia memperluas pangsa ekspor ke Thailand.

“Bahan baku baja kami 100% masih impor. Ini peluang bagi Indonesia untuk menyuplai steel ke Thailand,” katanya.

Kendati demikian Sirithanasart mengklaim daya saing industri pendukung manufaktur di Thailand lebih kuat ketimbang Negeri Garuda. Dia mencotohkan dalam manufaktur kendaraan bermotor dan produk elektronika sekitar 80% - 90% komponennya dipasok dari dalam negeri.

Komponen yang belum bisa dipenuhi dari industri pendukung Thailand pada umumnya adalah jantung dari produk bersangkutan. Misalnya, pada kendaraan bermotor cuma mesin saja yang tetap impor. Sementara itu untuk printer hanya cartridge yang masih disuplai langsung oleh produsen.

Kendati demikian Thailang mengaku komponen utama yang menjadi jantung dari suatu produk pada umumnya tetap dikuasai investor. Pada umumnya industri pendukung di Negeri Gajah Putih tak memiliki kompentensi untuk memproduksi lantaran produsen memang menutup peluang tersebut.

“Komponen lokal dalam sepeda motor 80%, mobil 90%, sedangkan elektronika yang masih impor tinggal 10% saja,” ucap Sirithanasart.

Di Indonesia, rerata komponen lokal mobil tak bisa semua dipatok 80%. Selain mesin, industri pendukung di dalam negeri juga belum mampu memasok kebutuhan plat baja kendaraan.

ASIA menilai minus lain dari sektor manufaktur di Indonesia ialah kompetensi tenaga kerja. Sirithanasart mencotohkan peningkatan skill pekerja di negaranya digenjot melalui program pelatihan ke luar negeri, contohnya ke Jepang.

“Indonesia punya masalah di skill workers. Ini hal penting kalau mau meningkatkan industri maka tingkatkan kompentensi tenaga kerja,” ucap Sirithanasart.

Secara keseluruhan, Thailand setidaknya menjagokan tiga sektor dalam memasuki era MEA, yaitu otomotif, tekstil, dan elektronika. Tak beda dengan Indonesia, kelemahan Negeri Gajah Putih terletak pada pemenuhan bahan baku untuk industri pendukung.

Daya saing industri otomotif, pertekstilan, dan elektronika RI pun relatif baik. Sektor ini termasuk dalam lima besar industri pengolahan nonmigas dengan pendapatan ekspor terbesar pada 2013. Besi baja, mesin dan otomotif mendulang US$14,68 miliar; tekstil US$12,66 miliar; sedangkan elektronika US$8,52 miliar.

Staf Penasihat Bidang Perdagangan Kedutaan Besar Thailand untuk RI Vilasinee Nonsrichai mengaku Negeri Gajah Putih siap memasuki MEA. Persiapan yang tengah diperdalam Thailand salah satunya soal bahasa.

“Kami kurang dalam bahasa maka kami memperkuat dengan penguasaan bahasa Indonesia, melayu, Inggris, sampai Brunei. Persiapan MEA harus dari in dan out, dari dua arah,” ucap Nonsrichai.

Jepang dinilai tetap sebagai investor potensial bagi negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Thailand dan Indonesia. RI diwanti-wanti agar serius memperbaiki kompentensi pekerja sekaligus menjaga stabilitas sektor ketenagkerjaan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper