Bisnis.com, JAKARTA -- Produk tekstil buatan luar negeri kini mengisi sekitar 60% pasar domestik.
Rerata selisih harga antara tekstil impor dibandingkan tekstil buatan Indonesia sekitar 10% lebih murah.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat menyatakan sejalan dengan itu utilisasi kapasitas produksi tekstil domestik semakin menyusut. Pada awal tahun ini utilisasi sekitar 88% - 89% tetapi sekarang tinggal 70%.
Sejalan dengan itu ekspor sektor pertekstilan diramalkan melemah dibandingkan dengan tahun lalu.
Sepanjang tahun lalu terdapat surplus ekspor terhadap impor senilai US$4,8 miliar tetapi nilai ini diyakini menyusut.
"Tahun ini surplus paling tinggal US$4,5 miliar hingga US$4,6 miliar. Industri ini kalau mau dibikin mati juga bisa," ucap Ade saat dihubungi Bisnis, Kamis (25/9/2014).
Dia mengatakan beberapa produsen gulung tikar dan hampir setiap pekan ada saja yang berencana menyusul.
Pasalnya beban produksi meningkat, seperti terpengaruh kenaikan harga listrik, tetapi produsen tak bisa mengkompensasinya melalui penaikan harga jual.
Omzet ekspor pertekstilan diproyeksikan berada di kisaran yang sama seperti tahun lalu sekitar US$12,8 miliar.
Komoditas ekspor tekstil di antarannya pakaian jadi, garmen, benang, dan kain. Pasar ekspor utama ialah Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan Asean.