Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BBM BERSUBSIDI: Pelaku Usaha Dukung Kenaikan Harga

Pelaku usaha akan mengapresiasi jika presiden terpilih segera mengeksekusi wacana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubdisi yang hingga saat ini masih membelenggu anggaran belanja pemerintah.
Antrean pembelian BBM bersubsidi di SPBU/Bisnis
Antrean pembelian BBM bersubsidi di SPBU/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA--Pelaku usaha akan mengapresiasi jika presiden terpilih segera mengeksekusi wacana kenaikan harga bahan bakar minyak bersubdisi yang hingga saat ini masih membelenggu anggaran belanja pemerintah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menilai walaupun keputusan tersebut akan memberikan dampak negatif pada penurunan daya beli masyarakat, dampak tersebut tidak akan berlangsung lama.

"Pokoknya kita dengan berat hati kita dukung soal kenaikan BBM. Yang ditinggalkan Pak SBY selama ini adalah APBN yang banyak utangnya. Kita hidup dengan utang,” ujarnya, Selasa (16/9/2014).

Sofjan mengatakan sebaiknya harga Premium dinaikkan Rp 3.000 per liter dan Solar bersubsidi naik Rp 4.000 per liter. Menurutnya, dengan adanya pemangkasan subsidi BBM, akan ada perbaikan dari neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan yang hingga saat ini masih menunjukkan tren defisit.

Kondisi tersebut dikarenakan harga BBM selama ini masih murah sehingga meningkatkan konsumsi pada masyarakat. Untuk mencukupi permintaan tersebut, Indonesia harus mengimpor karena tidak mencukupinya produksi minyak dalam negeri.

Pihaknya tidak menampik adanya peningkatan inflasi ketika ada kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurutnya, akan terjadi inflasi 3%-4% di sektor transportasi dan logistik yang secara otomatis akan menaikkan harga barang produksi 5%.

“Asalkan sekali aja naiknya setelah itu saya yakin semua akan turun.”

Terkait inflasi yang akan melonjak, Ketua Apindo Franky Sibarani mengatakan harus ada kompensasi bagi masyarakat miskin untuk menjaga daya beli 3-4 bulan ke depan. “Memang tidak ada pilihan, harus berani menyelamatkan negara dari alokasi anggaran yang tidak produktif, itu maka bisa menghasilkan dana untuk investasi.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper