Bisnis.com, JAKARTA – Lapangan Gas Ruby yang berada di Blok Sebuku Kalimantan Selatan akan memproduksi gas sebesar 85 miliar british thermal unit (BBtu) per hari sehingga menambah jumlah produksi gas nasional pada 2014.
Padahal, lifting gas nasional dari Desember 2013 hingga Juli 2014 telah mencapai 102,7% dari target APBN-P 2014 sebesar 1.224 juta barel oil ekuivalen per hari (MBOEPD) sehingga Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) optimistis produksi gas nasional akan jauh melampaui target pada 2014.
Kepala SKK Migas J. Widjonarko mengatakan proyek yang masuk dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) itu memiliki total investasi sebesar Rp5,5 triliun.
“Besarnya investasi migas menunjukkan karakter industri hulu migas yang sarat dengan modal dan teknologi tinggi. Proyek ini menunjukkan kerja keras pelaku industri migas yang terus komitmen mencari cadangan-cadangan migas baru di Indonesia,” katanya Minggu (14/9/2014).
Dia mengungkapkan lapangan tersebut akan memproduksi sebesar 85 BBtud. Bahkan, sekitar 250 miliar kaki kubik(billion cubic feet/Bcf) gas akan diproduksi untuk pasar domestik selama umur produksi lapangan tersebut.
Menurutnya, Mubadala Petroleum yang merupakan operator lapangan tersebut telah meneken kontrak jual beli gas dengan PT Pupuk Kalimantan Timur hingga 31 Desember 2021 sehingga seluruh produksi gas itu akan diserap oleh pasar domestik.
“Ini menunjukkan komitmen nyata pemerintah untuk memprioritaskan kebutuhan domestik dan memberdayakan industri pupuk nasional,” ujarnya.
Widjonarko mengungkapkan harga gas disepakati sebesar US$5,75 per mile mile british thermal unit ditambah faktor tertentu sesuai harga amoniak dan urea.
Sementara itu, Presiden Mubadala Petroleum untuk Indonesia, Chris Jones mengatakan sangat penting bagi Mubadala untuk menyelesaikan pengembangan lapangan Ruby secara efisien, tepat waktu, dalam batas anggaran, dan yang terpenting secara aman.
“Lapangan Ruby beroperasi dengan lancar hingga hari ini. Dengan menyelaraskan proyek tersebut sejak awal dengan prioritas Pemerintah Indonesia, menunjukkan Mubadala mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Bisnis mencatat, pada Desember 2013, Mubadala Petroleum dan Pupuk Kaltim telah menandatangani kontrak jual beli gas hingga 31 Desember 2017. Kala itu, lapangan gas Ruby akan memasok 85 BBtud hingga 2017 meski akan menurun sesuai dengan produksi lapangan tersebut.
Pengembangan gas Ruby oleh Mubadala Petroleum yang terletak di selat Makasar, telah disetujui pada Juni 2011 dan Plan of Development (POD) telah disetujui pemerintah Indonesia pada Juli 2008. Mubadala Petroleum memegang working interest sebesar 70%, sedangkan sisanya dipegang oleh Total E&P Sebuku dan INPEX South Makassar masing-masing 15%.