Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah membantah realisasi investasi Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) hingga saat ini masih minim.
Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan realisasi investasi sejak diluncurkannya skema pembangunan ekonomi yang tidak hanya mengandalkan anggaran pemerintah lewat APBN ini pemerintah telah berhasil mencapai investasi yang cukup besar.
“Enggak minim, bagaimana minim, tiga tahun sudah Rp860 triliun lebih,” ujarnya pekan lalu.
Ketika diingatkan masih jauhnya realisasi investasi semester I/2014 dari total target pemerintah, dia justru menekankan capaian tersebut merupakan progress yang harus terus dikembangkan khususnya menjelang pergantian pemerintahan tahun ini.
Realisasi investasi semester I/2014 MP3EI senilai Rp25 triliun atau hanya sebesar 4,2% dari target 2014 senilai Rp586 triliun.
Walaupun hasil verifikasi KP3EI menyatakan sejumlah proyek tidak dapat dimulai pelaksanaannya pada 2014 senilai Rp117,5 triliun, realisasi semester I/2014 tetap hanya mencapai 5,3%.
Pada Agustus 2014, pemerintah telah menambah realisasi satu proyek lagi, yakni jalur kereta api lintas trans Sulawesi yang memprioritaskan Ruas Makassar – Pare-Pare dengan panjang 145 kilometer.
Investasi tahap I atas proyek tersebut mencapai Rp9,65 triliun.
Dengan demikian, jika menggunakan hitungan awal sisa target, realisasi investasi awal tahun 2014 hingga Agustus baru 5,9% atau sekitar 7,4% dari target real hasil pemotongan.
Capaian ini masih menyisakan sekitar 131 proyek dengan total investasi Rp433,85 triliun yang harus dikejar hingga akhir tahun.
Menteri yang akrab dipanggil CT ini optimistis dengan akan tercapaianya target tersebut hingga akhir tahun. “Ya harus tercapai. Akan kita launching segera, dan saya rencananya awal Oktober akan me-launching-nya seperti transmisi trans Sumatera, trans Sumatera railway, itu aja kalau dijumlah kalau kita beresin besok udah lebih dari 100%.”
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan lambatnya realisasi investasi MP3EI tidak terlalu mengherankan karena selama ini tidak ada kepastian keberlanjutan proyek-proyek yang masuk dalam setiap koridor.
“Apalagi di masa transisi seperti ini, investor khususnya swasta memilih menunggu,” ujarnya.
Enny tidak mengetahui seberapa besar pengaruh masa transisi. Namun, dia menilai, molornya realisasi MP3EI bukan karena faktor keterbatasan pembiayaan, tetapi pertama, harmonisasi regulasi yang tidak berjalan baik. Kondisi tersebut salah satunya ditunjukkan dengan selalu bermasalahnya pembebasan lahan proyek.
Kedua, ego sektoral yang masih tinggi. Jika mengikuti alur koordinasi, lanjutnya, seharusnya instansi atau kementerian terkait proyek harus satu frame dalam pencapaian target.