Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AEKI Jabar Optimistis Ekspor Kopi Tetap Tumbuh

Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Barat optimistis ekspor tetap bergairah jika pemerintah mengalihkan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai 10% kepada konsumen.

Bisnis.com, BANDUNG—Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Jawa Barat optimistis ekspor tetap bergairah jika pemerintah mengalihkan kebijakan Pajak Pertambahan Nilai 10% kepada konsumen.

Wakil Ketua AEKI Jabar Iyus Supriatna mengatakan pihaknya bersama asoasiasi kopi lainnya di Indonesia sepakat menolak pemberlakukan PPN yang dibebankan kepada sektor hulu.

Dia menjelaskan jika PPN tersebut diberlakukan pada sektor hulu maka berdampak pada eksportir yang tidak akan mau mengalami kerugian terlalu besar, sehingga mengurangi harga beli kopi dari petani.

Dengan demikian, Iyus memperhitungkan nilai ekspor kopi Jabar akan bertambah 10%-15% dari biasanya.

“Petani dan ekspor yang secara otomatis akan merugi dengan pemberlakukan PPN ini. Kami sudah sepakat bersama asosiasi petani lain untuk membebankan PPN tersebut pada konsumen,” katanya kepada Bisnis, Jumat (15/8).

Dia mengaku harus memutar otak jika harus melakukan pinjaman modal ke bank karena bunga yang cukup tinggi.

Menurutnya, dengan bunga bank yang cukup tinggi memicu daya saing produk dari lokal kalah bersaing.

Semestinya pemerintah menggenjot produksi kopi dengan sentuhan teknologi modern serta insentif lebih terhadap petani, sehingga lebih memacu kinerja ekspor agar tetap tumbuh.

Dia mengatakan saat ini merupaka momentum tepat untuk menggenjot produksi kopi karena produsen kopi besar dunia Brasil saat ini masih dalam recovery pasca-anomali cuaca yang melanda kawasan tersebut.

Sehingga, lanjutnya, hal ini menjadi kesempatan besar untuk memperbesar ekspor kopi ke Eropa dan Amerika.

“Kami yakin dua sampai tiga tahun ke depan ekspor kopi akan tetap tumbuh jika pemerintah membebankan PPN tadi kepada konsumen, ditambah menggenjot produksi di tingkat petani,” ujarnya.

Adapun ekspor kopi Jabar selama ini masih mengandalkan pintu wilayah Medan dan Surabaya meskipun Jabar sudah memiliki izin ekspor langsung sejak awal 2014.

Iyus menjelaskan dibutuhkan waktu agar Jabar bisa melakukan ekspor kopi secara langsung dalam jumlah besar.

Oleh karena itu, ujarnya, komitmen antara petani, pengusaha, dan pemerintah harus terjalin agar ekspor secara langsung ini memberikan kontribusi besar bagi pendapatan.

"Surat untuk eskpor langsung sudah dibuat oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar. Namun, beberapa kendala belum bisa diatasi sehingga kegiatan ini berpotensi molor hingga beberapa tahun ke depan," ungkapnya.

Dia menyebutkan ekspor kopi secara langsung dari Jabar selama kuartal I/2014 hanya mencapai 500 ton yang disebar ke negara Amerika dan Eropa.

Iyus menjelaskan jika ekspor kopi sudah dilakukan secara langsung di Jabar maka potensinya bisa mencapai ribuan.

"Kami minta pemerintah menelurkan kebijakan naluri bisnis agar kegiatan ekspor langsung ini bisa berjalan dengan lancar," katanya.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat telah mengeluarkan Surat Izin Keterangan Ekspor Kopi sejak sejak Mei 2014.

Namun volume ekspor kopi Jabar justru malah terlihat lesu selama semester I-2014.

Kabid Perdagangan Luar Negeri Dinas Indag Jawa Barat Lukman mengakui sebelum ada kemudahan membuat surat keterangan ekspor, ekspor kopi Jabar cenderung lebih tinggi.

Dia menyebutkan, ekspor kopi asal Jabar pada periode yang sama tahun 2013 sekitar 384 ribu ton, namun saat ini justru pengajuan surat menjadi lebih rendah.

"Padahal komoditas kopi asal Jawa Barat cukup diminati di luar negeri, seperti halnya teh. Produksi kopi di Jabar cenderung meningkat dengan penanaman baru yang digelar beberapa waktu lalu," katanya.

Dia berharap, ekspor kopi tetap menjadi potensi ekspor Jabar yang dipertahankan, dan peluang itu harus ditangkap para petani kopi di Jabar.

Sekedar gambaran, pangsa pasar kopi asal Jabar cukup luas antara lain di Amerika Serikat (AS) dengan pangsa pasar 16,27%, Jerman sebesar 12,7%, Prancis 8,48%, Italia 5,8% dan Jepang 5,59%.

Disperindag Jabar pun mulai mengincar pasar ekspor kopi ke Cina. Perubahan pola konsumsi pemuda di China dari minum teh ke kopi membuka peluang pasar tersendiri.

"Bahkan, di house of Indonesia yang akan diresmikan di Naning pada September mendatang, rencananya akan di buat sebuah coffee shop yang menyajikan produk kopi asli Indonesia termasuk Jawa Barat," pungkas Lukman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper