Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Kopi, AEKI Melihat Pasar Timteng Menjanjikan

Asosiasi eksportir dan industri kopi Indonesia (AEKI) melihat pasar ekspor Timur Tengah menjanjikan untuk mendorong pemasaran kopi ke luar negeri.
Pengolahan bijih kopi/Bisnis
Pengolahan bijih kopi/Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG--Asosiasi eksportir dan industri kopi Indonesia (AEKI) melihat  pasar ekspor Timur Tengah menjanjikan untuk mendorong pemasaran kopi ke luar negeri.

Wakil Ketuan AEKI Jateng Moelyono Soesilo mengungkapkan pangsa pasar kopi untuk ekspor menurun seiring peningkatan permintaan dalam negeri.

"Sekarang kita fokus ke Timur Tengah dan negara Tan bersaudara seperti Afganistan, Uzbekistan, Kazakstan, dan beberapa negara lainnya karena berani harga tinggi," ujarnya di sela Coffee Explore di Kabupaten Semarang, Senin (11/8/2014).

Harga robusta saat ini berkisar Rp20.000 per Kg dan kopi arabika Rp56.000 per Kg. Level harga diprediksi fluktuatif akibat kekeringan di Brasil pada Januari-Februari dan pengaruh cuaca lokal pada masa panen bulan ini.

Tujuan ekspor utama AEKI saat ini masih ke Jerman, Amerika Serikat, Jepang, Italia, dan Belanda. Sementara pasar Timur Tengah dan beberapa negara Eropa Timur menjadi sasaran perluasan pasar disamping tujuan ekspor utama.

Moelyono mengatakan 40% produksi kopi nasional terserap untuk ekspor dan 60% memenuhi kebutuhan domestik. Angka itu tumbuh 20% selama lima tahun terakhir dipengaruhi pertumbuhan kopi instan dan kafe pemasar kopi.

 "Kalau produksinya stabil, eksportir enggak masalah, soalnya kadang harga kopi dalam negeri lebih tinggi jadi tidak harus jual ekspor, meski pasar ekspor tetap digarap," tegasnya.

Dia memaparkan  produksi kopi semester I/2014 anjlok hingga 51% di volume 70.192 ton dari 149.732 ton pada periode yang sama tahun lalu.

Untuk produksi di Jateng, AEKI menggandeng kebun petani dan kelompok tani di Kabupaten Semarang, Temanggung, Wonosobo dan Pati melalui lahan bina langsung seluas 500 Ha.

Hadi Suprapto, Ketua Gapoktan Gunung Kelir Ambarawa Kabupaten Semarang mengaku produksi kopi petani yang dikelolanya banyak diserap pasar ekspor.

 "Ada yang dijual ke tengkulak untuk pasar lokal dan 50% sudah ditampung eksportir," ujarnya.

Gapoktan tersebut mengelola kopi di hamparan lahan seluas 489 Ha dengan rerata produksi 1,1 ton kopi per Ha. Kopi kering di tingkat petani dijual dengan harga Rp23.000 per Kg sedangkan untuk kopi basar Rp4.500 - Rp5.000 per Kg.

 Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Semarang Urip triyono mengatakan wilayahnya menjadi salah satu fokus pengembangan kopi di Jateng. "Luas lahan mencapai 3.000 Ha tersebar di beberapa sentra seperti perkebunan rakyat Jambu, Sumowono, Bandungan, Banyubiru dan lainnya."

Pengelolaan perkebunan rakyat dilakukan melalui pendampingan lewat kelompok tani untuk memastikan produksinya kontinyu dan pemasarannya lancar.

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ismail Fahmi

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper