Bisnis.com, JAKARTA—Angka shorfall pajak 2014--selisih antara target dan realisasi penerimaan—diperkirakan kian membengkak seiring dikoreksinya pertumbuhan ekonomi menjadi 5,3% dan laju inflasi tahunan sebesar 5%.
Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo memprediksi realisasi penerimaan pajak tahun ini hanya Rp929,17 triliun atau 94% dari target APBN-Perubahan 2014 sebesar Rp988,48 triliun.
“Kemungkinan angka shortfall pajak sekitar 6% atau sebesar Rp59 triliun. Dan angka itu adalah prediksi optimistis, jadi bisa sajashortfall pajaknya bakal lebih buruk lagi seiring dengan realisasi pertumbuhan ekonomi dan inflasi,” ujarnya, Senin (11/8/2014).
Yustinus menilai strategi Ditjen Pajak saat ini kurang antisipatif terhadap melambatnya pertumbuhan ekonomi, sehingga berdampak terhadap rendahnya penerimaan pajak. Padahal, perlambatan pertumbuhan ekonomi sudah diprediksi pemerintah sebelumnya.
Menurutnya, pemerintah belum menunjukkan ekstra effort dalam mengejar target penerimaan pajak selama ini. Bahkan, upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak yang dilakukan Ditjen Pajak selama ini tidak efektif dalam mendongkrak penerimaan.
“Sekarang saja yang bisa kita lakukan adalah memperluas tax coverage dari PPN dan menyasar pajak penghasilan [PPh} orang kaya. Tetapi, dua-duanya ini belum berjalan. Selain baru mulai, realisasinya mungkin baru pada tahun depan,” jelasnya.
Selain itu, dia juga memperkirakan pengenaan pajak pertambahan nilai [PPN] terhadap barang hasil pertanian berpotensi menggerus penerimaan pajak. Hal itu disebabkan bertambahnya jumlah pengusaha kena pajak [PKP], dan mendorong nilai restitusi pajak meningkat.
Yustinus menuturkan pemerintah memerlukan langkah yang radikal dalam mengoptimalkan penerimaan pajak. Selain radikal, pemerintah harus menyiapkan langkah yang komprehensif, dengan target jangka panjang hingga lima tahun ke depan.
“Ini akan menjadi tantangan yang serius karena akan ditanggung oleh pemerintahan yang akan datang. Oleh karena itu, transisi yang tengah dilakukan harus juga memperhitungkan penerimaan pajak pada 2015,” tuturnya.
Menteri Keuangan M. Chatib Basri menilai perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi saat ini masih inline dengan target penerimaan pajak. Menurutnya, target penerimaan pajak sudah memasukan faktor pertumbuhan ekonomi yang diprediksi 5,1%-5,5% tahun ini.
“Saya pikir pertumbuhan ekonomi yang melambat tidak terlalu banyak dampaknya. Karena buat pajak, konsentrasi penerimaannya itu dari tambang, dan harga komoditas saat ini masih cukup baik, sehingga revenue tidak akan berubah,” jelasnya.
Chatib mencontohkan penerimaan pajak tahun lalu yang turun dari 6,1% menjadi 5,8%, penerimaan pajak tercatat Rp833 triliun dari target Rp921 triliun, tumbuh 11% dari realisasi tahun sebelumnya, Rp752 triliun dari target Rp817 triliun.
Shortfall Pajak Diyakini Kian Membengkak
Angka shorfall pajak 2014--selisih antara target dan realisasi penerimaandiperkirakan kian membengkak seiring dikoreksinya pertumbuhan ekonomi menjadi 5,3% dan laju inflasi tahunan sebesar 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Ringkang Gumiwang
Editor : Ismail Fahmi
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
43 menit yang lalu
Macquarie Revisi, Segini Konsensus Target Saham GOTO Terbaru
2 jam yang lalu
Pilah-pilih Saham Lapis Dua Likuid Mercy Harga Bajaj
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
7 menit yang lalu
Alasan RUU Tax Amnesty Mendadak Masuk Prolegnas Prioritas 2025 DPR
1 jam yang lalu