Bisnis.com, JAKARTA -- Dengan sisa waktu lima bulan ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan laju inflasi sepanjang 2014 akan berada di level 5%, atau di bawah target APBN-Perubahan 2014 sebesar 5,5%.
“Saya rasa inflasi hingga akhir tahun ini bisa sampai 5%, bahkan bisa di bawahnya. Inflasi setelah Lebaran itu cenderung turun, kecuali Desember yang biasanya sekitar 0,5%,” ujar Kepala Bappenas Armida Alishjabana ketika ditemui.
Menurutnya, laju inflasi pada semester II/2014 akan lebih mudah terkendali seiring melimpahnya pasokan bahan pangan.
Kendati demikian, lanjutnya, permasalahan ke depan justru muncul dari penurunan harga bahan pangan.
Armida mengaku Kementerian Perekonomian dan Kementerian Perdagangan tengah mencari jalan terkait masalah penurunan harga bahan pokok tersebut.
Adapun, faktor inflasi lainnya, seperti libur sekolah dan pembatasan waktu penjualan solar bersubsidi tidak terlalu signifikan.
Ekonom Universitas Gajah Mada Sri Adiningsih menilai laju inflasi 5% pada tahun ini cukup realistis untuk dicapai apabila pemerintah tidak mengeluarkan kebijakan baru yang mendorong kenaikan inflasi, misalnya menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Meskipun pemerintah mengeluarkan kebijakan pembatasan solar bersubsidi. Saya kira bisa mengingat hingga Juli ini, laju inflasi Januari-Juli 2014 hanya 2,94%. Lagi pula, kenakan inflasi itu paling tinggi cuma di Desember saja,” tuturnya, Rabu (6/8/2014).
Kendati demikian, Sri berharap laju inflasi tidak terlalu ditekan oleh pemerintah karena dapat berdampak terhadap nilai tukar petani (NTP).
Menurutnya, harga jual produk petani yang ditekan guna menjaga inflasi tetap rendah, membuat penghasilan petani cenderung turun.
Oleh karena itu, dia berharap pemerintah dapat membantu meningkatkan produktivitas petani guna mengkompensasi harga jual yang ditekan.
Menurutnya, peningkatan produktivitas merupakan jalan lain bagi peningkatan kesejahteraan petani.
Seperti diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat NTP Januari-Juli 2014 cenderung stagnan, atau naik tipis 0,17% menjadi 102,12.
Meski demikian, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yang turun 1,09 poin menjadi 104,58.
NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani, dengan indeks harga yang dibayar guna keperluan konsumsi rumah tangga serta keperluan produksi pertanian.
Dengan demikian, NTP juga menjadi indikator kesejahteraan petani.