Bisnis.com, JAKARTA --Total utang luar negeri Indonesia pada posisi Mei Mei 2014 melesat 9,7% (year on year) menjadi US$283,7 miliar, didorong oleh derasnya arus modal asing ke pasar obligasi Indonesia.
Bank sentral, mengumumkan ULN publik terakselerasi 4,1% menjadi US$132,2 miliar, sedangkan ULN swasta melejit 15,2% menjadi US$151,5 miliar. Investor asing selama Mei gencar masuk ke pasar sekunder surat utang negara (SUN).
"Penerbitan global bond oleh sejumlah BUMN juga mendorong pertumbuhan ULN swasta," kata Direktur Eksekutif Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI Hendi Sulistyowati, di Jakarta, Kamis (17/7/2014).
Di sisi lain, BI mencatat US$49,6 miliar atau 17,5% dari total ULN Mei merupakan utang jangka pendek yang sebagian besar untuk membiayai impor minyak.
“Makanya, seharusnya kita hemat energi supaya tidak utang,” ujar Hendi.
Menilik data neraca pembayaran Indonesia kuartal I/2014, net impor minyak mencapai US$5,9 miliar atau 12,5% dari posisi ULN jangka pendek Maret 2014 sebesar US$47,2 miliar.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara sempat mengatakan tren kenaikan ULN berkaitan dengan kebijakan suku bunga ultrarendah di Amerika Serikat dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir.
Bank sentral AS the Fed sejak akhir 2008 menerapkan suku bunga ultrarendah di kisaran 0%-0,25%, sedangkan European Central Bank (ECB) pada Juni 2014 menurunkan suku bunga menjadi 0,15% dari 0,25% sejak akhir 2013.
“Ini membuat perusahaan di Indonesia memilih menarik pinjaman dari luar negeri,” kata Mirza.