Bisnis.com, JAKARTA— Produksi sarung tangan karet nasional pada semester I/2014 merosot 5% dibandingkan tahun lalu yang sebesar 6 miliar pasang, menurunnya kinerja ini akibar dari mahalnya bahan baku hingga pasokan listrik yang tidak stabil.
Ketua Umum Asosiasi Industri Sarung Tangan Karet Indonesia (ASTA) Achmad Safiun mengatakan terlalu banyak hambatan untuk sektor industri ini bertumbuh. Menurutnya kinerja diharapkan membaik pada paruh kedua tahun ini.
“Kami sudah mengevaluasi permasalahannya, semester II/2014 nanti bahan baku berasal dari dalam negeri. Semoga hal itu bisa saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (3/7/2014).
Dia mengakui sejauh ini bahan baku didominasi dari barang impor asal China dan negara Asean lain. Hal ini terjadi aibat problema birokrasi nasional yang memberatkan industri karet nasional yang terkesan memberi ruang lebih kepada produk impor.
“Pabrik sarung tangan karet hampir 90% ada di Medan, di sana juga ladang karet terhampar tapi penjualan hasil karetnya tidak semudah itu ternyata. Mereka harus menjulanya dulu ke Jakarta barulah dari sana dijual kembali ke Medan,” katanya.