Bisnis.com, JAKARTA – Lembaga pemeringkat efek internasional Moody’s menaikkan peringkat company stand alone credit quality atau baseline credit assesment (BCA) untuk PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebanyak dua tingkat.
Hal ini ditandai dengan turunnya BCA dari semula Baa3 menjadi Ba2. Ini berarti turunnya tingkat ketergantungan Perusahaan Listik Negara (PLN) terhadap pemerintah karena semakin membaiknya kondisi keuangan perseroan
“Hal-hal tersebut dinilai dapat memberikan ekspektasi positif kepada perusahaan,” kata Bambang Dwiyanto, Manajer Senior Komunikasi Korporat PLN, dalam keterangan resmi, Selasa (1/7/2014).
Dia menjelaskan beberapa pertimbangan kenaikan rating tersebut menurut Moody’s adalah adanya kenaikan tarif tenaga listrik pada 2013 dan 2014 sehingga mengurangi ketergantungan PLN pada subsidi.
Kenaikan tersebut, lanjutnya, memperbaiki secara signifikan kualitas kredit perusahaan. Pada 2012, ungkap Bambang, PLN menerima subsidi dari pemerintah Rp103,3 triliun atau 44% dari total pendapatan.
“Pada 2013, PLN menerima subsidi Rp101,2 triliun atau 39% dari total pendapatan. Penurunan porsi subsidi ini akan terus berlanjut pada 2014 dan tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.
Selain itu, upaya PLN menurunkan pemakaian bahan bakar minyak dengan perbaikan fuel mix melalui program fast track program (FTP) 1 diyakini akan memperbaiki arus kas PLN, walaupun program tersebut membutuhkan belanja modal besar.
Moody’s juga mengapresiasi PLN dalam kemampuan mengelola execution risk pada program FTP-1 yang dapat menyelesaikan 6.4 Giga Watt hingga akhir 2013. Dengan beroperasinya FTP-1, pendapatan PLN naik Rp24.7 triliun dibandingkan capaian pada 2012.
Bambang menambahkan PLN memiliki kebutuhan investasi rata-rata Rp40 triliun per tahun untuk membiayai proyek pembangkit, transmissi, dan distribusi.
Kenaikan rating ini merupakan yang kedua pada tahun ini. Sebelumnya, pada April 2014, PLN juga telah mendapatkan kenaikan rating untuk stand alone credit profile dari lembaga rating internasional Standart & Poors.