Bisnis.com, FANGCHENGGANG - Asean dan China sepakat untuk meningkatkan kerja sama melalui sektor budaya dan pariwisata guna menggenjot nilai perdagangan.
Dari sisi negara-negara Asean, kerja sama budaya dan pariwisata itu digunakan sebagai senjata untuk mengikis defisit neraca perdagangan dengan China yang selama ini menghantui negara di Asia Tenggara setelah adanya kerja sama perdagangan bebas Asean-China (Asean-China FTA).
The Charming Asean Approaching China Cultural Tour akan mengunjungi tiga kota di China yaitu Guangxi, Beijing and Chengdu. Tur kebudayaan dimulai pada Rabu (18/6/2014) di Fangchenggang, Guangxi Autonomous Region, China yang kemudian dilanjutkan di Beijing dan Chengdu pada akhir September 2014.
Dalam kegiatan itu dihadiri perwakilan dari 10 negara dan China serta asosiasi persahabatan masing-masing negara Asean seperti Asosiasi Persahabatan Kamboja-China, Thailand-China, Indonesia-China dan lainnya.
Ketua Asosiasi Persahabatan China-Asean, Gu Xiulian mengatakan Fangchenggang, Guangxhi, China menjadi penting bagi Asean sebab letak geografis kota itu yang berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Menurutnya, dengan semakin eratnya hubungan rakyat di Asean dan China, maka akan semakin meningkatkan hubungan perekonomian kedua wilayah tersebut. Peningkatan hubungan itu, lanjutnya, melalui pengenalan budaya dan potensi wisata masing-masing negara.
"Kegiatan seperti ini [pertukaran budaya, wisata] akan meningkatkan hubungan orang-orang yang berada di Asean dan China," ujarnya saat membuka acara Charming Asean, Approaching China, Cultural Tour, Rabu (18/6/2014).
Mantan Wakil Perdana Menteri Thailand sekaligus Ketua Asosiasi Persahabatan Thailand-China, H.E. Korn Dabbaransi mengatakan hubungan orang per orang antara Asean-China baik di bidang politik, sosial, budaya, dan perdagangan akan meningkatkan perekonomian pada masing-masing negara tersebut.
"Kami [Thailand] memiliki banyak keunikan dan kekhasan. Itu akan menjadi daya tarik sendiri bagi warga China khususnya baik dari sisi wisata, budaya maupun perdagangan," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Duta Besar Indonesia di Asean Ngurah Swajaya, bahwa kegiatan pertukaran budaya itu akan mendekatkan masyarakat Asean dan China.
"Antara individu satu orang dengan orang lainnya semakin kenal, semakin baik mengenal, maka semakin mendorong kerja sama perekonomia," jelasnya.
Menurutnya, dengan meningkatkan hubungan Asean-China, maka dapat mengurangi defisit neraca perdagangan negara-negara di Asia Tenggara.
Dia menuturkan nilai perdagangan Asean-China pada tahun ini diprediksikan mencapai US$300 miliar dan pada 2015 ditargetkan US$500 miliar.
"Target itu ingin kita [Asean] capai, paling tidak menjadi balance [seimbang] meskipun masih defisit [Asean] tetapi kecil. Jadi, kita tidak bisa bicara dalam perdagangan bisa seimbang betul perdagangan ini," katanya.
Bahkan, nilai perdagangan Asean-China pada 2020 ditargetkan mencapai US$1 triliun.
Dia mencontohkan kerja sama wisata dan budaya bisa mengurangi defisit perdagangan Asean dengan China dari sektor pariwisata. Turis dari China yang bepergian ke luar negeri setiap tahun mencapi 100 juta orang. Namun, turis China yang masuk ke Asean belum mencapai 10%.
"Kita [Asean] kalau bisa menarik [turis China] lebih dari 10%, bahkan 20% berarti ada 20 juta orang. Kita melihat tren ke arah sana."
Peran Penghubung Fangchenggang
Ketua Asosiasi Persahabatan China-Asean Gu Xiulian menambahkan Fangchenggang, Guangxhi, China menjadi penting bagi Asean sebab letak geografis kota itu yang berbatasan langsung dengan negara-negara di Asia Tenggara.
Menurutnya, peran Kota Fangchenggang semakin meningkat setelah dilaksanakannya kerja sama perdagangan bebas Asean- China (Asean-China Free Trade Agreemenet).
"Setelah Asean-China FTA, Fangchenggang menjadi penting bagi Asean. Saat ini, kami [Kota Fangchenggang] sudah melakukan reformasi dan lebih terbuka untuk kerja sama ekonomi, wisata dan budaya," ujarnya saat membuka Charming Asean, Aproaching China Cultural Tour, Rabu (18/6/2014).
Fangchenggang adalah kota pelabuhan yang sedang berkembang yang berada di Provinsi Guangxi Autonomous Region, China. Kota Fangchenggang berjarak sekitar 160 km dari Bandara Nanning. Jika ditempuh dengan mobil maka membutuhkan waktu sekitar 2,5-3 jam.
"Kami berkomitmen untuk bekerja sama dan Asean semakin terhubung dengan China melalui kota ini [Fangchenggang]," ujarnya.
Beberapa rencana pengembangan Kota Fangchenggang adalah pembangunan Dongxing National Key Experimental Zone for Development dan pembukaan China-Asean free trade areas. Fangchenggang juga sedang membangun pelabuhan untuk menjadi pelabuhan internasional, pelabuhan industri, dan kota kebudayaan maritim.