Bisnis.com, JAKARTA --Industri non migas di tanah air dinilai tidak bergerak secara memuaskan.
Melihat kinerja industri non migas pada triwulan I/2014 yang tidak begitu memuaskan, Kementerian Perindustrian tidak berani mematok pertumbuhan industri non migas/manufaktur tahun ini secara muluk-muluk. Diperkirakan, pertumbuhan tahun ini hanya mampu menyentuh 6,15%.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan kinerja industri manufaktur tahun ini melandai dibandingkan dengan tahun lalu.
Hal ini terjadi lantaran adanya kenaikan tarif listrik pelanggan golongan industri yang cukup besar.
Selain itu, peralihan pemerintahan lama ke pemerintahan baru yang ada pada tahun ini juga turut memengaruhi kinerja sektor non migas.
“Tahun 2014 ini memang sedikit landai, ini karena tarif listrik dan perubahan pemerintahan sehingga berdampak pada laju pertumbuhan,” kata Hidayat di Jakarta, Selasa (17/6/2014).
Berdasarkan catatan Kemenperin, realisasi pertumbuhan industri non migas tahun 2013 mencapai 6,10%.
Adapun tahun ini, Kemenperin menargetkan pertumbuhan hanya mampu mencapai 6,15%.
Target tersebut merupakan target yang baru saja Kemenperin koreksi.
Pada awal tahun 2014, Kemenperin cukup optimistis dengan menetapkan pertumbuhan non migas bisa mencapai 6,4%-6,8%.
“Sekarang realistis saja, angka itu (6,15%) sudah cukup realistis melihat kondisi yang terjadi saat ini,” ujar dia.
Hidayat mengatakan, kinerja pertumbuhan industri non migas akan berpengaruh pada investasi yang masuk.
Oleh sebab itu, pihaknya juga secara realistis menurunkan target investasi tahun ini.
Investasi di sektor industri yang masuk melalui penanaman modal dalam negeri (PMDN) dan penanaman modal asing (PMA) tahun ini diperkirakan mencapai Rp162,35 triliun.
Angka tersebut lebih rendah dibanding realisasi investasi tahun 2013 yang mencapai sekitar Rp220 triliun.
Koreksi dengan target yang lebih rendah ini dilakukan setelah melihat kinerja sektor industri pada triwulan I/2014.
Realisasi investasi sektor industri sepanjang triwulan I/2014 mencapai Rp11,11 triliun melalui PMDN dan sekitar US$3,49 miliar melalui investasi PMA.
Sedangkan realisasi investasi pada periode yang sama tahun lalu sekitar Rp10,92 triliun melalui PMDN dan US$4,55 miliar melalui PMA.
Melihat data tersebut, ada penurunan yang cukup signifikan pada investasi sektor industri melalui investasi PMA, yakni mencapai 23,27%.
Meski demikian, Hidayat menegaskan bahwa penurunan investasi ini hanya akan terjadi tahun ini dan tidak akan terjadi pada tahun depan.
“Hanya tahun ini saja, tahun depan pertumbuhan non migas bisa mencapai hampir 7% dengan target (6,9%). Ketika pertumbuhan tumbuh, investasi juga masuk. Tenang saja, penurunan ini hanya sementara,” ujarnya.