Bisnis.com, JAKARTA – Realisasi belanja modal pemerintah pusat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) periode 1 Januari-30 April 2014 hanya senilai Rp12,9 triliun atau 7% dari pagu Rp184,2 triliun.
Realisasi menunjukan tren perlambatan dibandingkan periode yang sama pada 2012 senilai Rp16,4 triliun atau 10,8% dari pagu Rp152,0 triliun dan pada 2013 senilai Rp17,5 triliun atau 9% dari pagu Rp184,4 triliun.
Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan penyerapan belanja modal yang kecil tersebut tidak masalah dan masih sejalan dengan kebijakan penjagaan defisit anggaran.
Dia pun mengklaim kecilnya realisasi belanja modal tersebut bukan unsur kesengajaan.
“Subsidi BBM [bahan bakar minyak] naik bebannya. Jadi saya kira dengan belanja yang relatif lambat ini in-line supaya jaga fiskalnya [defisit anggaran] bisa dijaga 2,5%,” ujarnya di Jakarta, Rabu (11/6/2014).
Menurutnya, jika belanja modal terlalu cepat akan berimbas pada naiknya beban subsidi. Kondisi tersebut dinilai akan berdampak pada melebarnya defisit anggaran.
Dari data di laman resmi Kemenkeu pada periode ini, defisit sebesar Rp19,57 Triliun, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu, defisit mencapai Rp38,99 Triliun.
Penurunan defisit ini disebabkan adanya peningkatan dari sisi pendapatan dan hibah sebesar 1,3%, dan belanja yang berkurang sebesar 0,2% dari persentase realisasi tahun lalu.
Langkah ini, menurutnya, akan membuat pemerintah baru tidak terlampau kaget akan adanya pelebaran defisit anggaran. Pasalnya, belanja modal akan mengalami kenaikan tersebar pada kuartal III dan IV.