Bisnis.com, JAKARTA--Ketua Harian Asosiasi DPLK Nur Hasan Kurniawan menyatakan pengaruh perusahaan dalam melangsungkan program pensiun hanya membuka celah bagi karyawan untuk mengenal dana pensiun, tetapi keputusan kembali kepada karyawan yang bersangkutan.
“Contohnya kalau ada bonus, ada THR [untuk karyawan], larinya [dana] ke program pensiun atau belanja-belanja? Lebih memilih belanja,” sebutnya, Selasa (10/6/2014).
Dalam perbandingan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dengan Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK), dia mengungkapkan perbandingannya sekitar 2 juta nasabah untuk DPLK dan 1,5 juta nasabah DPPK.
Disinggung soal program wajib di BPJK Ketenagakerjaan terkait jaminan pensiun, dia sepakat hal itu dapat mendongkrak kesadaran masyarakat untuk memiliki program pensiun.
Pria yang juga menjabat Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia ini mengutarakan di Manulife sendiri jumlah nasabah DPLK telah mencapai 400.000 nasabah per Mei 2014.
“Pertumbuhannya bagus. Positif. Saat ini besarnya [peserta] dari perusahaan. Tetapi kemudian mereka top up sendiri [secara pribadi],” sebutnya.
Dana kelolaan DPLK di Manulife, terangnya, tumbuh bagus dengan dana kelolaan per Mei sekitar 7,2 triliun. Dana kelolaan ini tumbuh di atas 10%.
Dia optimistis di antara bentuk investasi yang ada, dana pensiun akan terus tumbuh. Yang disuarakannya tidak hanya bertumpu pada DPLK karena, menurutnya, akumulasi dana dapat dilakukan melalui reksa dana, asuransi, ataupun melalui DPLK itu sendiri.
“Setiap dari vehicle investasi baik itu reksa dana ataupun DPLK punya karakter sendiri-sendiri,” ujarnya.