Bisnis.com, JAKARTA--Kalangan akademisi mengakui minimnya perhatian pemerintah terhadap tanaman Jatropha atau disebut tanaman jarak pagar untuk kebutuhan energi terbarukan.
Pengajar dari Institut Teknologi Bandung Robert Manurung mengatakan apabila pemerintah serius terhadap tanaman dengan bahasa latin Jatropha Curcas L itu, bisa membantu kebutuhan bahan bakar energi terbarukan nasional.
"Pemerintah tidak mau memperhatikan itu [Jatropha]. Monopoli pertanian harus direformasi. Harga bahan bakar minyak (BBM) di Papua ada yang mencapai Rp20.000-Rp50.000. Padahal lahan banyak menganggur," kata Robert kepada Bisnis. com, Senin (09/06/2014).
Dia mengemukakan tanaman Jatropha bisa dikembangkan di lahan sampai seluas 1000 hektare.
Tapi perhatian yang minim, menurutnya penyebab produktivitasnya hanya sampai 1-3 ton saja dalam satu kali panen. Tanaman itu, tambahnya tidak memilih lokasi tanah dan bisa berkembang di daerah tandus dan pantai.
"Jatropha bisa tumbuh di mana saja. Minyak nabatinya bisa bersaing dengan dengan minyak bersubsidi pemerintah. Jatropha bisa ditanami di mana saja karena tergolong tanaman yang mudah dikemabangkan," terangnya.
Keuntungan lainnya, kata Robert, Jatropha tidak hanya untuk bahan bakar saja, tanaman ini mampu menyimpan cadangan air dan menjaga ekosistem lingkungan. Lebih lanjut dia mengharapkan semua kalangan mengkritisi pemerintah supaya masyarakat Indonesia tidak kesulitan memperoleh bahan bakar.