Bisnis.com, JAKARTA - Program subsidi beras bagi masyarakat miskin (raskin) tetap dilanjutkan pada 2014.
Angka rumah tangga sasaran penerima manfaat (RTS-PM) 15,5 juta dengan pagu subsidi sama dengan tahun lalu senilai Rp18,8 triliun.
Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemsikinan (TNP2K) Sri Kusumastuti Rahayu mengatakan jumlah RTS-PM tersebut setara dengan 60 juta warga Indonesia. Adanya tren penurunan penerima raskin disebabkan adanya klaim pemerintah terkait penurunan angka kemiskinan.
“Kan [RTS-PM 2012] 17,5 juta itu sekitar 28% penduduk Indonesia. Terus karena tingkat angka kemiskinan menurun, disarankan untuk menurunkan juga jumlah penerima raskinnya jadi 25% penduduk,” ujarnya saat sosialisasi pendistribusian raskin di Jakarta, Selasa (3/5/2014).
Data yang dihimpun dari BPS menunjukkan dari 2006 hingga September 2013, tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penerunan. Namun demikian, laju penurunan semakin lambat dari tahun ke tahun.
Dari 15,5 juta RTS-PM tersebut, hanya 6,2 juta rumah tangga atau 11,4% dari total penduduk Indonesia yang masuk dalam kategori miskin. Dengan demikian, sekitar 9,3 juta rumah tangga atau sekitar 60% penerima raskin berada dalam kategori rumah tangga renta/hampir miskin.
Harga tebus raskin oleh warga tetap yakni Rp1.600. Namun, dibandingkan dengan 2013, subsidi harga raskin per kg mengalami kenaikan 9% dari Rp6.151 menjadi Rp6.730. Kondisi ini dikarenakan ada kenaikan harga beli beras Bulog menjadi Rp8.330 dari Rp7.751 pada 2013.
Jika melihat tren kenaikan harga beras dan besaran subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah, semestinya berimbas pada pagu 2014 lebih besar dari pagu 2013 yakni Rp21,9 triliun. Namun demikian, kecilnya pagu tahun ini diakibatkan adanya penurunan durasi penyaluran raskin dari 15 kali menjadi 12 kali.